Our story promo

1.9K 29 4
                                    

Sebelum membaca aku mau kasih tau.
Kalau ini cerita bakalan terbit setelah cerita Pelangi selesai.
Dan cerita ini mimin ambil dari kisah cinta temen mimin..
Tapi agak ragu mau terbitin nya .takut pada ngga suka sih.

Baca dulu deh yaa.

Cinta? Apa sih cinta itu.
dan kenapa cinta bisa membolak-balikan perasan seseorang.
Kenapa cinta bisa membuat sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin.
Katanya cinta itu indah.
Lalu kenapa cinta lebih sering berdampingan dengan duka.
Ah sangat banyak presepsi tentang cinta .

Alya, wanita yang akhir-akhir ini selalu mencari jawaban akan arti cinta yang sebenar nya. Wanita juga mencari tentang kejelasan pada hubungan nya yang sedang diambang kehancuran.

Menurut Alya cinta itu bukan hanya membutuh kepastian tapi juga harus butuh kejelasan. Terlebih untuk hubungan yang telah terjalin lama pada sepasang kekasih.
Tapi seperti nya tidak berlaku pada hubungan Alya dan juga Adit. Hubungan yang telah lama mereka jalin sampai sekarang tidak ada kejelasan nya untuk masa depan mereka.
Sudah berulang kali Alya bertanya tentang bagaimana kejelasan masa depan hubungan mereka namun Adit selalu bungkam.
Alya sendiri tau posisi Adit yang sangat bimbang. Di satu sisi Adit juga ingin menjelaskan hubungan mereka disisi lain Adit tidak dapat menentang perkataan orang tua nya. Alya sangat mengerti pada posisi adit yang notabene nya anak tunggal. Ia harapan satu-satu nya di dalam keluarga tapi Adit harus bisa mengambil langkah tegas agar tidak seperti saat ini.
Hubungan mereka seperti berada di awang-awang tanpa tau harus turun atau naik.

Disebuah cafe dengan cahaya temaram Alya duduk berhadapan dengan Tasya teman yang biasa menemani Alya jika ia tidak bersama dengan Adit. Disni Alya biasa melepas penat nya setelah seharian bekerja ditambah lagi masalah nya dengan Adit yang itu-itu saja membuat Alya jengah.

"Teman gue mau ikutan gabung ngga papa kan?" tanya Tasya pada Alya, lamunan nya pada ponsel yang Alya pegang seolah buyar .

"Temen lo yang mana? Jangan bawa anak-anak ga jelas gabung di meja kita Sya." jawab Alya dengan malas.

"Temen lama gue kok. Lagian sekali-sekali gabung sama temen gue lah. Jangan sama temen lo terus."

"Oke," ucap Alya datar dan kembali ia meluruskan bola mata nya pada ponsel yang ia genggam.

"Jadi, kapan lo nikah sama Adit?" tanya Tasya.

"Ngga tau Sya, gue bilang tahun depan harus udah kasih kepastian." jawab Alya lagi. Sambil menelungkup kan ponsel nya di atas meja dan mulai bercerita pada Tasya. "Apa yang gue lakuin ke Adit ngga salah kan Sya? Gue takut terlalu ngedesak Adit." ucap Alya sambil mengaduk-aduk minuman nya.

Tasya membenarkan posisi duduk nya senyaman mungkin dan sedikit mencondongkan bahu nya agar lebih dekat dengan Alya.

"Apa yang lo lakuin ga salah kok, wajar kita sebagai wanita meminta kepastian kayak gini Al." jawab Tasya.

"Iya Sya, pokok nya kalo bisa tahun depan gue sama Adit lamaran dulu."

"Gue sih terserah lo aja. Yang pasti kalo lo nikah gue dapat seragam bridesmaid ya." ucap Tasya membuat Alya malas untuk manjawab ucapan nya. Yang Alya tau Tasya bukan orang yang tepat untuk mendengar keluh kesah nya. Bercerita dengan nya tidak akan mendapat solusi sedikit pun.

"Nah itu temen-temen gue udah pada datang." seru Tasya. Alya tak menghiraukan Tasya, dia menopang kepalanya dengan tangan diatas meja lalu mengaduk-aduk minuman nya.
Tiga orang pria itu menghampiri meja Tasya dan Alya saat mereka melihat Tasya melambaikan tangan nya.

"Al, kenalan dulu dong ini temen-temen gue." ucap Tasya menyenggol lengan Alya. Alya menghela nafasnya Pelan lalu memperkenalkan diri nya pada 3 pria yang baru saja datang.

"Hay, Gue Alya." ucap Alya pada ketiga pria itu berusaha bersikap seramah mungkin. Meskipun Alya sangat malas bertemu dengan orang-orang baru tapi tetap Alya menyambut mereka dengan ramah.

"Gue Haris," balas Pria berkaos hitam yang mengambil tempat tepat di sebelah kursi Alya. Pria kurus berbulu mata lentik itu tersenyum ramah pada Alya.

"Gue, Awan." ucap Pria kedua yang ada di sebelah Haris. Alya memicing kan matanya mengingat-ingat sesuatu. wajah Awan sungguh tidak asing.
Tapi semakin ia mengingat semakin susah ia menemukan jawaban nya. Kini tangan Alya berjabat pada pria ke tiga yang duduk di sebelah Tasya.

"Adistian." jawab nya tanpa senyum. Alya hanya mengangguk dan kembali pada kesibukan nya semula. Bahkan ia tak menatap pria itu saat dia memperkenalkan namanya.

Sementara Tasya dan ketiga teman nya sibuk dengan cerita mereka. sesekali Alya tertawa melihat kelucuan yang dibuat oleh Haris dan teman-teman nya. Memainkan permainan yang di sediakan oleh pemilik cafe hingga larut malam.

"Jadi Alya kerja?" tanya Haris. Saat melihat Alya yang sudah mulai bosen di tempat nya.

"Iya kerja. Kamu sendiri kerja?" Alya betanya balik. Haris mengusap wajah nya pelan sebelum menjawab petyanyaan Alya.

"Kuliah sambil kerja juga. Tapi ngga disisni."

"Oh ya? Dimana?"

"Aku stay di batam sih." Alya mengangguk-angguk. Matanya tak sengaja memandang pria yang duduk di sebelah Tasya. Entah kenapa Pria itu yang dari tadi menarik perhatian Alya.

"Udah malem ini pulang yuk." ucap Alya saat melihat jam sudah menunjukan lewat tengah malam.

"Eh iya ya.." jawab Tasya ia mengemas semua barang-barang nya yang berantakan diatas meja. Lalu mengantar Alya pulang.

Tepat pukul satu malam Alya sampai dirumah. Ia menukar baju nya dengan baju tidur kemudian merogoh tas nya mengambil bungkusan rokok yang masih tersampul rapi. Alya membuka bungkus plastik nya lalu menghidupkan kan sebatang rokok di dalam kamar nya.
Lelah, jenuh, bosan sudah biasa Alya alami semua itu sudah menjadi teman nya setiap hari. Tuhan memang baik mengirim Adit sebagai pacar nya selama ini bukan hanya pacar melainkan sahabat bagi Alya dimana setiap masalah yang Alya alami selalu bercerita pada Adit, tapi apakah tidak bisa Tuhan mengabulkan sekali saja doa nya. Agar Adit dapat mengambil keputusan tentang kelanjutan hubungan ini.
Alya merasa hanya dirinya yang berjuang sendiri mempertahan kan hubungan mereka.

Alya sendiri bingung dengan kisah cinta nya yang tiba-tiba menjadi sangat bebelit seperti ini. Andai saja ada seseorang yang bisa menggantikan Adit saat ini Alya tidak akan segan untuk melepas Adit. Toh selama ini hanya Alya yang berusaha memperjuangkan kisah cinta nya.
Apa ada wanita sesabar Alya yang bertahun-tahun menunggu kepastian seperti ini.
Memendam rasa sakit sendiri, menahan rasa bimbang sendiri.
Memikirkan hubungan nya sendiri.
Ini sungguh tidak adil. Kenapa hukum percintaan sangat kejam.
Oh tuhan
Sampai kapan Alya harus mempertahankan posisi nya seperti ini.
Apa hanya Alya yang menganggap hubungan mereka sangat berharga.
Lalu Adit?
Apa Adit disana sama bimbang nya dengan Alya? Atau Adit sama sekali tak memikirkan masalah ini.

Ini pertama kali Alya menjalin hubungan dengan serius pada satu lelaki tetapi kenapa begitu berat.
Kenapa Alya merasa dirinya di permain kan.
Ah etah lah Alya terlalu banyak menduga-duga.

Nah gimana nih?
Kira-kira di terbitin ngga ya?
Itu spoiler part 1..
Coment dong.
Oh iya .
Ntar malem aku bakalan terbitin part terakhir cerita Pelangi.
Huhu

PELANGI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang