Chapter 1 (Monochrome)

2K 114 10
                                    

Pikiranku terasa kosong. Hampa tanpa ada apapun di dalamnya. Hanya ada satu warna. Hitam yang sangat gelap. Tak ada cahaya dan kehangatan yang bisa kurasakan didalamnya. Dingin, sepi, dan sunyi.

Ku melayang tanpa arah didalam kegelapan. Sekilas teringat beberapa kenanganku dulu. Kenangan bersama orang-orang yang berharga bagiku.

Risa, Veira, Ian, Nanaro, dan lainnya. Dan tentu saja...

"Nixia."

Jika saja aku, jika saja aku memang sudah mati, aku akan berkata, "aku tidak rela meninggalkan mereka."

"Benarkah itu?"

Aku bisa mendengar suara seseorang tetapi tidak ada siapapun di tempat gelap ini selain diriku.

"Siapa kau?"

"Apa kau masih ingin hidup?"

"Bukannya menjawab, kau malah balik bertanya. Tapi, ya, aku masih ingin."

"Apa tujuanmu untuk hidup?"

"Tujuanku? Ya, aku hanya ingin membuat orang yang kucintai bahagia. Kurasa itu salah satunya."

"Benarkah?"

"Ya."

"Kalau begitu perjuangkan hidupmu!"

'Apa maksudnya!?' Batinku.

"Tunjukkan bahwa kau masih pantas untuk kembali ke dunia itu!"

Tiba-tiba sebuah celah muncul di bawahku. Dari dalamnya sebuah cahaya yang sangat terang. Terlihat seperti sebuah retakan. Tubuhku dengan sendirinya terseret ke dalamnya. Aku gerakan tubuhku ini. Mencoba melawan sekuat mungkin. Tapi seberapa banyak ku mencoba melawan, hasilnya sama saja. Ku tetap tertarik ke dalamnya.

Ketika aku mulai sadar.

"Akhh... di-dimana ini?"

Kubuka mataku dan berusaha mengingat apa yang terjadi. Kuingat tempat sebelumnya aku berada kemudian semua menjadi gelap. Aku merasa tertelan oleh kegelapan.

Kuteringat terakhir kali melihat Nixia. Ada air mata yang jatuh mengalir di wajah cantiknya ketika diriku perlahan menghilang.

Kupaksa untuk bangun walaupun sangat sulit untuk melakukannya. Kulihat sekeliling, yang kudapati hanyalah sebuah pemandangan suram. Tempat ini tampak menyedihkan.

Langit kelabu tanpa cahaya matahari yang menerangi. Pohon-pohon disekitarku mati dan mengering. Tanpa ada dedaunan hijau yang menghiasinya. Tanpa ada tanda-tanda dari makhluk hidup lain. Tanahnya kering dan tandus. Seperti aku berada di sebuah hutan. Hutan yang sudah mati.

"Inikah tempat untuk orang yang sudah mati?" Gumamku.

Kupandangi sekitar beberapa meter kedepan, lalu terlihat seorang gadis kecil berambut putih tergeletak tak jauh dariku, di sampingnya terdapat sebuah buku. Terlihat sangat familiar. Tunggu rambut putih, buku itu.

"Varen!?"

Tak sangka roh pedang Soulcutter itu terseret bersamaku ke tempat aneh ini.

Kuberjalan mendekatinya. Kutetap berusaha berjalan mendekatinya walau jatuh berkali-kali. Bangun dan bangkit berkali-kali.

"Varen! Varen!"

Kuguncancang-guncang tubuhnya dan kupanggil namanya berulang kali.

Aku merasa lega ketika Varen mulai membuka matanya dan mulai bangun. Sepertinya Varen baik-baik saja.

Dia membuka matanya tetapi dengan ekspresi wajahnya yang terkejut, Varen melompat ke belakang. Kemudian tatapan matanya yang tajam mengarah tepat kearahku dan siap untuk melakukan serangan. Bukunya terbuka berisikan penuh spell. Kemudian beberapa rune melayang di sekitarnya.

BLWK: Rise [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang