Chapter 21 (Gerbang Yang Terkunci)

393 36 4
                                    

"Bagus, kehebohan yang lainnya," kesalku saat melihat bahwa kami akan terseret dalam hal aneh-aneh lagi.

"Ricane!" teriak Jeanne, "kau darimana saja!? Aku mencarimu kemana-mana!"

"Ah, aku membeli makanan. Mau coba?" tawarku.

"Nanti saja. Ngomong-ngomong apa yang sedang terjadi? Sampai-sampai tempat ini jadi kosong sekarang," lanjut Jeanne.

"Entahlah," jawabku sambil mengunyah kurma.

Terdengar suara derap langkah kuda yang berlarian dengan ditunggangi oleh orang-orang bersurban dari arah belakang. Aku hanya mengajak Ryuuka dan Jeanne menepi untuk membiarkan mereka lewat. Jika dilihat tujuan mereka adalah gerbang utama yang kami lewati sebelumnya.

"Ayo!" ajakku.

"Apa kita akan membantu mereka?" tanya Ryuuka.

"Tergantung situasinya. Saat ini aku berpikir untuk menonton lebih dulu."

Aku, Ryuuka, Jeanne, serta Varen sekarang duduk dipuncak bukit batu yang ada disebelah tembok benteng yang juga menjadi gerbang utama untuk masuk kedalam kerajaan yang hingga saat ini aku belum mengetahui namanya. Menonton kumpulan orang yang saling serang dengan yang lain.

"Tembak!" perintah seorang pasukan kerajaan.

Setelah terdengar suara letupan dan kepulan asap dari ratusan pucuk senapan dari atas tembok secara bersamaan. Disaat yang hampir sama, beberapa pasukan musuh bergelimpangan. Setelahnya, infanteri yang menggunakan pedang dan perisai maju menyerang untung membersihkan lawan yang masih berdiri.

Karena pasukan penembak menggunakan senapan sekali tembak, jelas strategi seperti ini adalah yang paling rasional menurutku. Disaat mereka mengisi peluru, pasukan yang menggunakan senjata jarak dekat akan memberikan sedikit celah. Lalu setelah para penembak siap, pasukan yang ada didepan ditarik mundur agar tidak ada kesalahan dalam menembak sasaran. Dan pola seperti itu dilakukan berulang-ulang. Kelemahannya adalah saat mereka yang bertugas mengulur waktu kelelahan. Peran mereka akan berakhir saat itu juga.

Apalagi jika lawan mereka bukan manusia. Jika mereka (hanya) manusia, tubuh yang dipotong tidak akan tumbuh lagi dan berfungsi dengan semestinya seperti sebelumnya.

Lama-kelamaan pasukan yang sebelumnya melewati kami terlihat terdesak. Kemudian berlanjut dengan jumlah mereka yang lambat laun menyusut. Berjatuhan dengan pakaian putih mereka yang penuh noda berwarna merah.

"Ri-kun?" heran Ryuuka saat melihatku berdiri.

"Ryuuka, tolong bakar musuh mereka yang ada dibelakang."

"Hai-hai," ucapnya dengan langsung menjatuhkan diri dari tebing.

Dan saat terbang naik melewati kami, wujudnya sudah menjadi naga hitam raksasa.

"I-itu Ryuuka?" kaget Jeanne yang baru pertama kali melihat wujud Ryuuka yang satu ini.

"Hebat bukan?"

Setelahnya kupegangi pinggul ramping Jeanne dengan tangan kananku. Sedangkan aku mengubah tangan kiriku menjadi bladefinger.

"Ricane apa yang- kyahhh!!!" jeritnya saat kubawa dia melompat.

Saat aku dan Jeanne mendarat, disaat yang bersamaan tangan kiriku menembus dada orang-orang yang bisa beregenerasi dan membunuhnya, yang berarti dia tidak beregenerasi lagi.

"Kau tidak apa-apa?" tanyaku pada Jeanne.

"Tentu saja!"

"Baguslah. Ayo!"

BLWK: Rise [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang