"Ryuuka apa kau tahu dimana gerbang selanjutnya?" tanyaku kepada Ryuuka.
"Umm... biasanya selalu ada dibelakang tempat yang aneh," jawab Ryuuka.
Jujur aku meragukan jawabannya. Jika ini adalah bumi bertanya jalan kepada seseorang adalah hal yang lumrah dilakukan, tapi disini ketika akan mendekati seseorang, disaat yang sama juga harus siap kehilangan kepala.
Aku sendiri masih bingung kenapa Tuhan menciptakan sebuah dunia seperti ini?
Aku berhenti sejenak dan memandang Ryuuka yang ada dibelakangku. Ryuuka memeluk dirinya sendiri pertanda bahwa ada yang salah dengan dirinya.
"Ada apa Ri-kun?" tanya Ryuuka.
"Apa kau kedinginan?" tanyaku balik.
"Tidak, aku tidak apa-apa. Eh?" herannya saat aku mengulurkan tanganku.
"Jika kau kedinginan, aku membolehkanmu untuk merapat padaku seperti kemarin," ucapku.
Ryuuka terlihat ragu. Tapi perlahan, Ryuuka menerimanya dan kembali merapat padaku.
Perlahan namun pasti, seiring berjalannya waktu, kabut putih yang menutupi daratan Darkland semakin menipis dan kemudian menghilang. Udara yang sebelumnya dingin kini perlahan menjadi lebih hangat setelah diterpa sinar matahari.
Pandanganku kini juga menjadi lebih jelas. Aku bisa melihat sekitar dengan jelas tanpa menggunakan kekuatan milik Varen. Sayangnya, bukan pemandangan indah yang kulihat.
"Berhenti! Siapa kalian!?" tanya salah satu makhluk cantik bertelinga runcing sambil menodongkan panah kearah kami.
Ryuuka dengan sigap langsung berdiri didepanku dengan mode bertarungnya.
"Elf ya? Kami hanya orang yang kebetulan lewat."
"Hmm? Benarkah?" ucapnya meragukanku.
"Ketua, aku merasakan kegelapan dari mereka! Terutama gadis itu!" teriak yang lain.
"Kami hanya ingin lewat, tidak lebih dari itu," jelasku.
"Meskipun itu yang kau katakan, satu-satunya jalan adalah melewati desa kami."
"Kalau begitu aku akan mampir sebentar."
"Memangnya kami akan menerimamu hah!?" teriak seseorang yang berada diatas pohon.
"Yakin?" tanyaku sambil mengembangkan sayapku.
"Malaikat?" kejut mereka.
"Setengah sih," ujarku.
"Turunkan senjata kalian! Maafkan kami. Kami tidak tahu kalau ada sesama divine," ucap ketua elf.
"Tidak apa-apa. Ngomong-ngomong, boleh kami tahu namamu?" tanyaku.
"Untuk apa?" tanyanya.
"Hanya untuk perkenalan saja. Memangnya apa aku tidak boleh mengenal makhluk cantik sepertimu?"
"Heehhh..." dengus Varen.
'Apa? Dia memang cantik bukan?' tanyaku kepada Varen.
"Terserah kau saja."
"Hera, ketua tim ini," ucapnya dengan wajah bersemu merah.
"Aku Ricane, dan dia adalah Ryuuka."
Ryuuka menunduk dengan sopan saat aku memperkenalkannya.
"Kita kembali ke desa!" perintah Hera kepada kelompoknya.
Mereka langsung melakukan yang Hera katakan tanpa ada bantahan atau apapun. Kurasa Hera adalah orang terhormat dikalangan elf ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLWK: Rise [End]
Fantasy#Cerita kedua dari Blue Luminescent White Knight. Kematian, banyak yang yang berkata kematian bukanlah akhir kehidupan, melainkan sebuah awal untuk memulai kehidupan yang baru. Didunia yang baru dengan takdir yang baru. Dan ya, aku sepertinya harus...