Aku segara mengambil senjata api yang kugunakan sebelumnya dan berlari menuju gerbang uruk bersama dengan Ryuuka dan Jeanne dan tentu saja Varen berada didalam tubuhku. Cukup sulit berlari ditengah kerumunan orang yang melarikan diri dengan arah yang berlawanan.
Aroma darah mulai tercium ketika kami mulai mendekati gerbang Uruk. Ketika warga yang berlarian sudah habis kami berhadapan dengan satu batalion yang sama seperti yang pernah kami hadapi di Samarkand. Tapi sekarang lebih mudah menghadapi mereka karena sekarang kami menggunakan senjata yang lebih baik.
Ryuuka tentu tidak perlu dicemaskan karena sepertinya seluruh tubuh memang diciptakan sebagai senjata yang mematikan. Jeanne? Tidak masalah karena dia saat ini menggunakan bowgun. Entah kenapa dia memilih bowgun dari pada senapan padahal cara kerjanya hampir sama.
"Ricane diatas!"
Sekarang ada makhluk aneh muncul. Makhluk itu memiliki tubuh manusia berwarna gelap dengan sayap seperti kelelawar. Tapi kepalanya berbentuk seperti belalai dengan mulut bundar penuh gigi. Aku sempat menarik Jeanne ketika makhluk itu menyemprotkan lendir berwarna kuning kearah Jeanne.
"M-makhluk apa itu?"
"Entahlah, tapi mereka bisa menyemprotkan racun. Jeanne, Ryuuka, kalian hadapi yang dibawah. Aku yang akan menghadapi mereka."
"Hati-hati Ri-kun!"
"Tentu saja."
Aku naik keatas atap sebuah rumah. Setelah me-reload senjataku, mulai kutembaki monster yang beterbangan. Tidak sesuai dengan dugaanku, mereka cukup mudah untuk dibunuh, dengan dua tembakan sudah cukup untuk menghabisi satu ekor. Tapi dengan jumlah mereka yang cukup banyak, peluru yang kumiliki tidak sebanding.
Ketika memikirkan hal itu, aku melihat beberapa dari makhluk itu berjatuhan. Padahal aku hanya baru membidik dan belum menekan pelatuknya.
Saat aku mencari tahu apa yang terjadi, ada dua orang diatas bangunan lain yang melakukan serangan. Tapi aku tidak bisa melihat mereka dengan jelas karena tertutup asap dan debu yang terbawa angin.
"Ri-kun!" panggil Ryuuka ketika aku turun.
"Ikut aku!" ajakku.
Setelahnya kami bergerak menuju kesebuah gang yang agak tersembunyi dan tidak ada tanda-tanda dari musuh. Bahkan para penghuni kota ini juga tidak terlihat.
"Hei! Kenapa kita malah sembunyi disini?" tanya Jeanne.
"Kita istirahat sebentar."
"Banyak orang yang bisa kehilangan nyawa sementara kita disini!" ucap Jeanne.
"Sepertinya tidak begitu," ucap Ryuuka yang mengintip pertempuran yang sedang terjadi, "mereka seperti sudah cukup terbiasa dengan serangan seperti ini."
"Benarkah?" tanya Jeanne penasaran dan melakukan hal yang sama dengan Ryuuka.
Setelah cukup lama kami bersembunyi dan memperhatikan keadaan suara gaduh pertempuran perlahan menghilang. Uruk berhasil bertahan, mungkin ide Shahrazad ada benarnya.
"Ayo Ryuuka, Jeanne, waktunya bergerak," ajakku pada mereka berdua.
Sayangnya, baru beberapa langkah kami berjalan keluar, beberapa orang yang memegang tombak menghadang kami. Ditengah-tengah mereka ada salah seorang yang kulihat sebelum memutuskan untuk bersembunyi.
"Siapa kalian?" tanya seseorang dengan rambut pucat membawa didukung dengan pandangan iris biru mudanya yang tajam, ia terlihat mewah dengan baju bangsawan putihnya, garis emas tampak menonjol sepanjang kerahnya, dengan syal merah darah dan memakai semacam topi yang menambah kesan seseorang dengan status sosial yang tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLWK: Rise [End]
Fantasi#Cerita kedua dari Blue Luminescent White Knight. Kematian, banyak yang yang berkata kematian bukanlah akhir kehidupan, melainkan sebuah awal untuk memulai kehidupan yang baru. Didunia yang baru dengan takdir yang baru. Dan ya, aku sepertinya harus...