Tangan kananku mengarah kedepan seperti akan meraih sesuatu dalam kegelapan hampa. Tapi apa hasilnya?
Tidak ada.
Justru berakhir denganku yang berteriak dan jatuh berlutut hingga memukul tempatku berpijak hingga jari-jari tanganku basah, berlumuran darahku sendiri.
Sedih dan marah. Banyak yang telah kulakukan untuk sampai berada disini. Melakukan apapun, tanpa mempedulikan baik atau buruk. Terlalu banyak pengorbanan malah. Pembunuhan dan pembantaian pun aku samai tidak ragu untuk melakukannya. Dan setelah semua itu, seperti inilah hasil kudapatkan.
Hanya rasa sakit dan air mata. Lagi.
"Jeanne... Ryuuka... "
"Ricane," panggil Varen lirih sebelum keluar dari tubuhku.
Varen kemudian duduk didepanku, dengan lembut dia perlahan mengelap tanganku sebelum membalutnya dengan perban.
"Varen."
"Ya?"
"Apa semua ini salah? Semua yang kulakukan selama ini," tanyaku padanya.
"..."
"Mendengar bahwa ada kesempatan untuk hidup sekali lagi, terdengar seperti ada sebuah harapan pada awalnya. Kemudian kita bepergian ke berbagai tempat dan era yang berbeda. Menantang berbagai bahaya dan lawan yang menghadang. Semua itu, selama ini bersama mereka.... Seandainya aku tahu akan berakhir seperti ini, aku tidak akan pernah melakukannya."
"Apa yang harus kulakukan Varen?" tanyaku lagi.
"Maaf, aku tidak tahu jawabannya. Tapi, aku tahu apa yang harus kita lakukan sekarang."
Varen berdiri kemudian mengulurkan tangannya padaku.
"Ayo! Kita selesaikan semuanya sekarang. Demi semua orang yang, demi Ryuuka dan Jeanne yang telah mengantar kita sampai sejauh ini. Mereka pasti juga ingin agar kau berhasil. Juga jawaban dari pertanyaanmu kita akan mencarinya bersama-sama," ajaknya.
"Apa aku benar-benar bisa melakukannya?"
"Tentu," jawab Varen.
Aku meraih tangannya, berdiri sekali. Sejenak menghela nafas.
"Terimakasih Varen."
"Sama-sama," ucapnya sebelum kembali masuk kedalam tubuhku lagi.
~~~
Sekarang aku berdiri disebuah papan yang terbuat dari batu yang sangat sempit. Hanya selebar 2×2 meter melayang diatas kegelapan tanpa dasar. Kemanapun aku melihat hanya ada warna hitam dengan titik-titik bersinar seperti langit malam. Bahkan ada cahaya spiral berputar seperti galaksi dan gas berwarna seperti nebula.
Cukup lama aku terdiam disini. Aku melihat hiasan yang diberikan oleh Ryuuka yang kini ada di tanganku. Setelah melihatnya sejenak aku memasangkannya tepatnya dibawah kerah bajuku.
Aku mencoba berjalan menuju tepi, tiba-tiba muncul lempengan batu yang lain. Aku melangkah ke atasnya, disusul kemunculan batu lain, lagi dan lagi membentuk anak tangga. Terus kulangkahkan kakiku, kuikuti arah tangga meski aku tidak tahu kemana batu-batu ini menuntunku.
Akhirnya, aku mencapai sebuah tempat yang luas. Tempat ini menyerupai sebuah tempat ritual. Juga disini terdapat banyak relief dan patung-patung yang berjajar dengan memiliki corak dan bentuk yang mirip dengan kuil yang pernah kumasuki dulu. Dan didepan sana terdapat sebuah cermin yang sangat besar.
Saat aku berjalan mendekati cermin itu, terlihat jelas pantulan diriku. Tapi aku segera menyadari ada sesuatu yang aneh. Aku tidak sedang tersenyum saat ini, dan entah kenapa semua terlihat 'terbalik'.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLWK: Rise [End]
Fantasia#Cerita kedua dari Blue Luminescent White Knight. Kematian, banyak yang yang berkata kematian bukanlah akhir kehidupan, melainkan sebuah awal untuk memulai kehidupan yang baru. Didunia yang baru dengan takdir yang baru. Dan ya, aku sepertinya harus...