Aku memeriksa beberapa peralatanku sore ini. Seperti memastikan pistolku terisi peluru. Kali ini senjata api tidak akan terlalu berguna, tentu karena pelurunya hanya akan menembus tubuh oni dan hal itu tidak akan cukup untuk membunuhnya. Tapi setidaknya berguna untuk membutakan mereka.
Setelahnya aku sedikit membersihkan dan mengelap yuki shibari. Membuat katanaku ini mengkilap meski nantinya juga akan kotor lagi. Sebelum aku juga pergi ke pandai besi di kota ini untuk mengasah pisau lempar milikku.
Saat hari mulai gelap, kami berangkat keluar dari kota bersama Tomoe menuju kedalam hutan bunga sakura. Bedanya kali ini kami akan masuk jauh lebih dalam.
"Emm... Tomoe-san? Kemana kita akan pergi?" heranku saat merasa kami terus berjalan.
"Aku tidak tahu," jawabnya.
"Maksudnya kau tidak tahu kemana mencari orang-orang yang hilang itu?" tambah Jeanne.
"Tentu saja, kami para pemburu iblis hanya mengandalkan informasi yang ada. Selebihnya aku akan menggunakan caraku sendiri," jelas Tomoe.
Tomoe membuka sebuah wadah yang terbuat dari bambu dan meletakkan benda itu didalam semak-semak. Selanjutnya ia menjauh dan naik keatas sebuah pohon.
"Kalian juga kemari!" panggil Tomoe.
Kami juga mengikuti yang dilakukan olehnya. Walaupun kami agak sedikit bingung dengan tindakannya.
"Lalu apa yang kita lakukan disini?" tanyaku.
"Menunggu mereka menggigit umpannya."
"Kau menggunakan darahmu sendiri?" tanyaku lagi saat melihat balutan perban ditangan kirinya.
"Ini sesuatu yang diperlukan, tidak apa-apa!" jawabannya dengan senyuman.
Dan mirip seperti saat sedang memancing ikan, kami menunggu umpan yang dipasang dimangsa.
Tapi entah kenapa lama sekali kami menunggu tidak ada satupun oni yang muncul. Sejak awal aku naik keatas pohon, aku memperhatikan gumpalan awan yang terlihat sangat jauh. Aku terus memperhatikannya sampai awan itu menghilang.
Disisi lain Jeanne yang lelah menunggu mulai menguap sedangkan Ryuuka menghitung setiap helai rambutnya satu-persatu."Ricane," panggil Tomoe pelan dan memasang topeng rubah di wajahnya.
Kami langsung teralih dari kegiatan kami ketika terdengar suara gemerisik dedaunan dibawah kami. Tak lama, muncul dua oni yang menyingkirkan dedaunan untuk mencari sumber aroma darah.
Saat aku ingin bertanya kepada Tomoe apa yang akan dilakukan ia sudah melompat turun menyerang salah satu oni.
Tomoe menghunus pedangnya kearah bawah, menusuk bahu salah satu oni hingga ujungnya tembus muncul keluar dari perutnya, sekedar untuk menghentikan pergerakannya. Lalu Tomoe mencabut pedangnya dan memenggal kepalanya dengan sebuah tebasan berputar.
Tomoe kembali berdiri tegak menatap oni yang masih hidup dengan darah yang masih menetes dari katana yang dipegangnya. Oni itu langsung lari masuk menuju ke kedalaman hutan dengan dikejar oleh Tomoe.
"Ryuuka ambil wadah itu!" ucapku saat turun.
Aku segera berlari menyusul Tomoe. Tapi aku sedikit heran kenapa oni itu justru lari? Padahal sebelumnya mereka tanpa ragu menyerangku dan Jeanne, tapi kenapa mereka takut dengan Tomoe?
Mungkinkah karena topeng rubah yang dipakai oleh Tomoe. Memang agak lucu rasanya takut pada sebuah topeng yang dipakai seseorang, tapi seingatku siluman rubah atau kitsune memiliki kedudukan yang tinggi dikalangan yokai, mungkin karenanya oni itu memilih lari.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLWK: Rise [End]
Fantasy#Cerita kedua dari Blue Luminescent White Knight. Kematian, banyak yang yang berkata kematian bukanlah akhir kehidupan, melainkan sebuah awal untuk memulai kehidupan yang baru. Didunia yang baru dengan takdir yang baru. Dan ya, aku sepertinya harus...