Chapter 30 (Perjalanan Terakhir)

41 6 2
                                    

Keesokan harinya, para petinggi yang diundang oleh Kagetora datang berkumpul di Kastil Katsugayama untuk membicarakan strategi mereka untuk menghadapi pasukan ksatria Camelot yang bisa dinilai sebagai lawan yang tangguh bagi samurai seperti mereka. Selain Tomoe, Kagetora, dan Hangaku, sudah ada beberapa nama lain yang kudengar.

Yang pertama adalah dua orang yang menjadi sekutu dari Kagetora. Mereka adalah Uesugi Fusayoshi dan Uesugi Sadazane. Bahkan orang yang dulunya bermusuhan dengan Kagetora yaitu Takeda Shingen. Serta beberapa pemimpin klan yang namanya susah untuk dihafal.

Saat kami melanjutkan diskusi tiba-tiba muncul seorang kunoichi yang datang dan langsung menghampiri Kagetora untuk melaporkan sesuatu.

"Baiklah semuanya, aku baru saja menerima kabar, Hojo dan Oda tidak bergabung, mereka lebih memilih bertahan di wilayah mereka," ujar Kagetora.

"Tidak masalah! Kita sudah menyiapkan semuanya, kita tinggal maju menyerang," ucap Takeda.

"Lalu bagaimana dengan keputusanmu, Tomoe-san?" tanya Kagetora.

"Baiklah. Aku akan membantu kalian."

Mendengar jawaban Tomoe Kagetora terlihat tersenyum senang.

"Meskipun begitu... lebih baik kita bermain bertahan."

"Kenapa begitu?" tanya Takeda.

"Kita belum tahu cara yang efektif untuk berhadapan langsung dengan mereka. Kita tidak akan mendapatkan hasil yang memuaskan jika langsung menyerang."

Setelah mencapai kesepakatan yang disetujui oleh semua orang yang hadir, maka pertemuan itu selesai dan mereka pulang untuk mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk perang.

Aku juga berniat untuk segera pergi namun Kagetora menghentikan langkahku lebih dulu. Ternyata dia tahu tentang kami dan Tomoe yang selama ini menyewa kamar disebuah penginapan. Maka sebagai rasa terimakasih dia menawarkan kamar untukku, Varen, Ryuuka, dan Jeanne dan satu lagi untuk Tomoe. Untuk hal yang satu ini kurasa aku tidak bisa menolak.

Kamar Tomoe entah ada disebelah mana, tapi untuk kami berada dibagian belakang kastil. Secara sekilas seperti kamar penginapan mahal, lebih luas dan lebih mewah. Jika pintunya digeser maka akan terlihat halaman belakang yang dipenuhi oleh kerikil-kerikil kecil berwarna putih dengan kolam yang dihuni oleh beberapa ikan koi dan dilengkapi oleh sebuah pohon bunga fuji.

"Tebak siapa," ucap Jeanne saat seseorang menutup mataku dari belakang saat aku sedang duduk diteras.

"Yang menutup mataku adalah Ryuuka."

Ryuuka sedikit tertawa karena aku menjawabnya dengan benar. Tapi Ryuuka tiba-tiba menarikku dan menidurkanku di pangkuannya.

"Ryuuka?" heranku.

"Ada sesuatu yang menganggumu bukan? Kalau tidak keberatan... onee-san bersedia mendengarkan ceritamu."

"Apa maksudmu jadi onee-san? Tapi yah, sebenarnya ini soal Kaiho Kishi-dan."

Aku bangun dari pangkuannya, lalu aku menceritakan kepada mereka berdua tentang apa yang aku dan Varen lihat dan ketahui tentang Camelot.

"Kalau seperti itu... " ucap Jeanne.

"Apa aku boleh jujur?"

"Ri-kun?"

"Aku sebenarnya sudah lelah... tidak! Aku sudah muak dengan pertempuran."

"Aku juga begitu. Rasanya jenuh bukan?" tanya Jeanne.

"Ri-kun, apa kita akan berhenti disini?" tambah Ryuuka.

BLWK: Rise [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang