"Aku benar-benar tidak menyangka kalau kau semengerikan itu!" ujar Jeanne.
"Akan kuanggap itu sebagai pujian."
"Memang! Ini juga sebuah momen langka, bisa melihat hukuman surga yang akan membuat orang-orang yang melihatnya kembali ke jalan yang lurus," tambahnya.
"Benarkah? Padahal kita sedang berbelok."
"Bukan begitu!"
"Fufufu..." tawa Ryuuka.
"Kenapa kau tertawa?" tanya Jeanne kepada Ryuuka.
"Ennn... tahlah!" jawab Ryuuka.
"Hmh! Ricane bisa ajari aku?" tanya Jeanne lagi.
"Ajari apa?"
"Yang ini."
Jeanne menancapkan tombak yang ia bawa. Setelahnya ia menarik pedang yang ada di pinggangnya. Jeanne berjalan meniruku dan juga mengucapkan kalimat yang sama seperti saat aku akan melakukan cutter of soul.
"Maaf, sekeras apapun kau berusaha kau tetap tidak akan pernah menguasainya."
"Tunggu! Kenapa?"
"Karena kau bukan Seventh Great Ruler. Cutter of soul adalah kemampuan yang saat ini hanya aku yang bisa melakukannya. Bahkan enam yang lain tidak akan bisa melakukannya apalagi yang bukan bagian dari kami," jelasku.
"Hhhhh... padahal kukira akan sangat hebat kalau aku juga bisa melakukannya," ucap Jeanne kecewa.
"Ri-kun, bagaimana kalau kita istirahat dulu disana?" ajak Ryuuka ketika melihat sebuah pohon yang cukup rindang.
"Ayo!"
Tapi dalam sekejap langkahku terhenti ketika tiga buah anak panah menancap tepat didepanku.
Menyadari ada serangan yang datang langsung kutarik pedangku untuk menghadapi musuh yang akan menyerang. Begitu pula dengan Ryuuka dan Jeanne.
"Varen, dimana musuhnya?" tanyaku.
"Dari depan. Dia bergerak kemari!" jawab Varen, "Eh!?"
"Ada apa Varen?" tanyaku lagi.
"Dia cuma sendiri, tapi... kekuatannya..."
Dan akhirnya aku bisa melihat orang yang Varen maksud. Seseorang berambut putih dengan mata kelabu dengan aksesoris berupa dua buah tindik ditelinga kiri dan kalung emas. Memakai pakaian berwarna hitam dengan pelindung berwarna putih dikedua lengan bawah dan kedua kakinya. Mamakai tudung dan jubah putih yang membawa sebuah busur berwarna merah tua.
Dengan kata lain, dia adalah orang yang sama dengan orang yang kutemui di atap tadi malam. Hanya kai ini aku bisa melihat sebagian wajahnya.
"Apa-apaan ini!?" tanyaku padanya.
"Harusnya kau sudah tahu kan? Sebuah tantangan," jawabnya dengan santai.
"Apa maumu?"
"Lawanmu sebelumnya tidak mampu untuk membuatmu mengeluarkan seluruh kekuatanmu. Maka, aku ingin merasakan dan melihatnya sendiri, kekuatanmu yang sesungguhnya!" jawabnya angkuh.
Padahal aku berencana untuk makan siang.
Saat pertama bertemu dengannya, aku tahu dia bukanlah orang biasa. Bisa jadi tensi pertarungan ini akan jauh lebih tinggi dari sebelumnya.
"Ryuuka, Jeanne, kalian menjauhlah dulu. Aku akan mengurus orang ini dulu."
"Baiklah," jawab Jeanne, "aku akan menyaksikannya, jadi kau harus menang, Ricane!"
KAMU SEDANG MEMBACA
BLWK: Rise [End]
Fantasy#Cerita kedua dari Blue Luminescent White Knight. Kematian, banyak yang yang berkata kematian bukanlah akhir kehidupan, melainkan sebuah awal untuk memulai kehidupan yang baru. Didunia yang baru dengan takdir yang baru. Dan ya, aku sepertinya harus...