"Ri-kun, aaa..." ucap Ryuuka sambil menyodorkan sepotong daging ikan bakar.
"Aku bisa makan sendiri Ryuuka."
"Tapi Ri-kun sedang terluka kan? Sudahlah! Aaa..."
"Aaa..."
Disisi lain Jeanne dan Varen duduk menikmati makanan mereka sambil menyaksikan adegan suap-suapan antara diriku dan Ryuuka.
"Apa mereka selalu begitu?" tanya Jeanne.
"Terkadang. Ya lumayan seringlah," jawab Varen.
"Apa kau tidak merasa terganggu?"
"Tentu tidak. Ricane adalah Tuan-ku, tugasku adalah melayaninya. Apapun yang dilakukan olehnya itu diluar kendaliku."
"Hmm... selalu saja..." bisik Jeanne sambil memalingkan wajahnya.
"Kau kenapa? Cemburu?" celetuk Varen.
"Ti-tidak! I-itu mana mungkin!" bantah Jeanne dengan pipi merah dan membuang muka.
Tapi sepertinya memang aku membutuhkan bantuan untuk melakukan beberapa hal. Setelah mengerahkan semua yang aku bisa untuk menang dari Karna, terutama untuk cration eraser yang menguras mana, tangan kananku mengalami cedera. Rasanya kau sulit digerakkan dan terasa ngilu saat aku mencoba menggerakkan lengan kananku.
Selain itu ada beberapa luka sayatan di beberapa bagian yang menandakan bahwa ada kerusakan pada sirkuit sihirku. Tapi tidak terlalu parah kurasa. Setidaknya dengan "membuang" semuanya tanpa harus menahannya bisa menghindarkanku dari kematian, hanya butuh latihan dan penyempurnaan.
"Sudah cukup. Sekarang kita pergi ke kota yang Karna katakan sebelumnya. Kita mungkin akan cukup lama di sana," ajakku pada yang lain.
Mereka semua kembali berdiri, kecuali Varen yang berubah menjadi cahaya dan masuk kedalam tubuhku.
"Maksudmu kita tinggal sementara?" tanya Jeanne.
"Aku tidak bisa melawan musuh yang kuat hanya dengan tangan kiri. Juga, aku tidak bisa melindungimu."
"M-melindungiku? K-kenapa aku?" tanya Jeanne dengan wajah tersipu.
"Karena dirimu yang paling 'harus' dilindungi."
"T-tunggu! Apa maksudmu 'harus dilindungi'!? Ricane!? Ricane!!"
Ryuuka tidak berkomentar dan hanya memalingkan wajahnya sambil menahan tawa.
Setelah melewati gerbang kota, mata kami langsung disambut oleh ribuan orang yang berlalu-lalang disepanjang jalan yang di kanan-kirinya penuh dengan bermacam toko yang menjual berbagai barang.
"Hmm... disini lebih ramai daripada kota yang sebelumnya," komentar Ryuuka sambil melihat ke sekitarnya, "Jeanne ayo kita berkeliling!"
"Benar juga lagi pula kita juga akan cukup lama disini. Ricane, tolong pinjami aku uang," ucap Jeanne tiba-tiba.
"Boleh saja, ini," ucapku sambil memberikan beberapa koin perak, "jika kalian berdua ingin jalan-jalan kita akan bertemu lagi disini. Kau ingin ikut dengan mereka?"
"Aku akan tetap denganmu saja," jawab Varen.
"Ryuuka kemari sebentar."
"Ada apa Ri-kun?"
"Jika terjadi sesuatu tolong jangan dipotong-potong," bisikku.
"Baiklah, aku mengerti."
Setelahnya kami berpisah. Aku berpikir untuk membeli sepatu karena yang kupakai sejak datang ke dunia ini sudah sudah rusak. Sedangkan untuk Ryuuka dan Jeanne... mengingat insting mereka sebagai perempuan kurasa aku tidak perlu memikirkan apa yang akan mereka beli.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLWK: Rise [End]
Fantasy#Cerita kedua dari Blue Luminescent White Knight. Kematian, banyak yang yang berkata kematian bukanlah akhir kehidupan, melainkan sebuah awal untuk memulai kehidupan yang baru. Didunia yang baru dengan takdir yang baru. Dan ya, aku sepertinya harus...