"Berhenti! Siapa kalian dan apa tujuan kalian datang kemari!" perintah salah seorang penjaga.
"Kami hanyalah pengembara, tujuan kami datang kemari hanyalah untuk mencari tempat peristirahatan," jawabku.
"Baiklah."
Penjaga itu kemudian memberikan tanda kepada rekan-rekannya untuk membukakan gerbang agar kami bisa segera masuk.
"Sebaiknya kalian cepat, teman kalian sepertinya sudah tidak sanggup lagi."
Disaat bersamaan kami melihat kearah Jeanne yang berjalan perlahan dengan kakinya yang gemetar. Meskipun ia mengatakan kata-kata yang agak angkuh sebelumnya, tapi melihatnya seperti itu aku juga merasa kasihan.
"Tu-tunggu! Apa yang kau lakukan! Turunkan aku!" tolaknya.
"Sudahlah! Mau kau ksatria, pejuang, atau apapun itu, kau tetaplah seorang gadis. Aku tidak mau melihatmu menyiksa dirimu sendiri!" ucapku agak memaksakan.
Jeanne langsung diam dengan wajah memerah dan berhenti memberontak setelah mendengar ucapanku.
"Kau bisa duduk kan?" tanyaku saat mendudukkan Jeanne pada sebuah kursi di dalam semacam restoran.
Sepertinya aku tidak salah memilih tempat untuk makan. Soalnya aroma masakan ditempat ini tercium dari luar. Bahkan cukup untuk menggundang Varen untuk keluar dari tubuhku.
"Selamat datang! Apa yang ingin kalian pesan?" tanya salah seorang pelayan.
Aku melihat ke sekitarku. Melihat apa yang pelanggan lain pesan.
"Daging apa yang ada didalam kebab itu?" tanyaku sambil menunjuk pada makanan yang disantap seseorang dipojokan.
"Oh itu, Anda bisa bisa menentukan pilihan daging apa yang Anda suka," jawab si pelayan.
"Begitukah? Aku pesan 4 porsi kebab dengan daging ayam dan teh."
"Mohon tunggu sebentar!"
Tidak butuh waktu lama untuk pesanan kami datang. Sesuai dengan yang kupesan daging ayam bakar dengan sayur-sayuran yang dibungkus roti tortilla.
"Ri-Ricane..." panggil Jeanne.
"Hn?" jawabku karena masih mengunyah.
"I-itu... tolong satu lagi," ucapnya malu-malu.
Padahal aku, Ryuuka, dan Varen baru memakan setengah dan Jeanne sudah minta satu lagi. Kebanyakan perempuan yang memiliki tubuh ramping sepertinya biasanya akan takut naik berat badannya, tapi sepertinya tidak dengan Jeanne. Mungkin karena kutinggal lari dengan Ryuuka.
"Baiklah. Bagaimana dengan kalian?"
"Aku akan mengikuti Ri-kun saja," jawab Ryuuka.
"Kurasa satu lagi tidak masalah," sambung Varen.
~~~
"Uhhh..." lenguh Jeanne ketika mulai membuka matanya pagi ini.
"Selamat pagi. Bagaimana tidurmu?" ucapku tanpa membalikkan badan.
"Sepertinya baik-baik saja," jawabnya sambil mengucek matanya.
"Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Jeanne.
"Tidak ada. Hanya sekedar mempersiapkan diri."
Sepertinya Jeanne menyadari jari-jariku yang terus sibuk mengotak-atik peralatanku. Baik itu, pisau, pedang, ataupun pistol dan pelurunya yang kini berserakan diatas meja.
"Apa rencanamu hari ini?" tanya Jeanne.
"Tidak di bumi ataupun disini, kita tetap membutuhkan uang bukan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BLWK: Rise [End]
Fantasy#Cerita kedua dari Blue Luminescent White Knight. Kematian, banyak yang yang berkata kematian bukanlah akhir kehidupan, melainkan sebuah awal untuk memulai kehidupan yang baru. Didunia yang baru dengan takdir yang baru. Dan ya, aku sepertinya harus...