Chapter 18 (Mengakhiri Kedamaian)

448 36 2
                                    

Pada malam harinya orang-orang yang akan terlibat dalam operasi penyerbuan besok berkumpul untuk membuat strategi.

"Apakah semuanya sudah hadir?" tanya Rea, "baiklah kita mulai. Erick."

Lampu didalam tenda dimatikan. Kemudian layar hologram muncul ditengah ruangan mempejrlihatkan peta wilayah dan target penyerangan.

"Bisa kalian lihat? Markas darkness ada dibalik pegunungan di bagian utara. Dengan kata lain mereka berada di wilayah yang sulit dicapai, tapi jika kita berhasil melewatinya kita memiliki keuntungan," jelas Rea.

"Kami memiliki ruang yang bagus untuk serangan jarak jauh," ucap Ian yang kini menjadi kapten tim serangan jarak jauh.

"Benar. Selanjutnya, kita akan memulai serangan sihirnya Lona. Kita buat mereka buta dan bingung lalu Ian dan timnya akan menghujani mereka dengan tembakan. Setelahnya adalah serangan pengalihan. Saat mereka sibuk berhadapan dengan tim penyerang, Ezen, Will, Emilia, Amiya, dan Even, akan menyusup masuk dan memasang peledak," jelas Rea kembali.

"Berarti tugasku adalah untuk membuat keributan?" tanya Gabriel.

"Benar," jawab Rea.

"Cocok sekali," sindir Nanaro.

"Kau juga akan bersamanya Nanaro," ucap Erick tiba-tiba.

""Apa!?"" kaget kedua orang itu bersamaan.

"Soalnya menurut catatan kombinasi antara kalian berdua sangat bagus untuk menghadapi banyak musuh," tambah Erick.

"Jangan khawatir! Aku akan menemani kalian. Selain itu ada Nixia, Ruina, Risa dan Ito," ucap Hana.

"Soal itu, aku mungkin tidak bisa," ucap Risa tiba-tiba.

"Kenapa begitu?" tanya Erysa.

"Jika terjadi pertempuran, tidak mungkin Fifth Ruler tidak terlibat. Jadi mungkin kami akan bertarung satu lawan satu," ujar Risa.

"Benar juga, kita melupakan tentang Amon."

"Apa kau yakin bisa mengalahkannya, Sixth Ruler?" tanya Lucifer.

"Sejujurnya aku tidak yakin," jawab Risa.

"Tidak perlu mengalahkannya juga kan?" tanya Gabriel, "menurutku Risa cukup menahan Amon selama mungkin. Lagipula, jika rencana ini berhasil pilihan mereka yang tersisa adalah untuk melarikan diri."

"Benar juga, bagaimana kalau kita cukupkan sampai disini dan menyimpan tenaga untuk besok?" tawar Rea.

"Bagaimana kalau makan malam dulu? Kebetulan kami membuat sup," tawar Cristie yang datang bersama dengan Veira.

Di dekat tenda paling belakang terlihat beberapa orang sedang berkumpul bersama mengitari api unggun dengan semangkuk sup hangat ditangan mereka. Termasuk juga Gabriel.

"Wah, sudah cukup lama aku tidak makan seenak ini. Sejak berada disini," ucap Amiya yang kekenyangan.

"Apa kau mau tehnya lagi?" tawar Veira pada Cristie.

"Ya, terimakasih," jawab Cristie.

"Nixia, kenapa kau tidak memakan supnya? Apa masakanku tidak enak?" heran Veira yang melihat mangkuk adiknya masih utuh.

"Tidak-tidak! Aku cuma kepikiran sesuatu..."

Seakan mengetahui apa yang sedang dipikirkan oleh Nixia, Risa hanya sedikit melirik sambil kembali memakan makanannya.

Pagi harinya...

Dimulai dengan membuka mata, merapikan diri, memakai seluruh pakaian serta perlengkapan, dan tidak lupa pedang hitam yang selalu ia bawa, kini Nixia hanya tinggal memasangkan sebuah katana di sabuk sebelah kanannya.

BLWK: Rise [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang