Hari berikutnya kami berangkat menjelajahi dunia dengan aturan yang sangat... yah begitulah. Aku sendiri sampai tidak yakin melewati dengan aturan seperti ini, bahkan jika aku sendiri didalamnya.
Sama seperti hari pertama aku berada di dunia ini, langit tetap terlihat gelap tertutup awan hitam kelam tanpa adanya cahaya yang menerangi dunia tempatku berada saat ini. Sepertinya dunia ini adalah tempat yang terus-menerus diselubungi oleh kegelapan. Tempat sempurna untuk saling serang, merampas, dan membunuh satu sama lain.
Malahan, dimataku akan lebih baik jika langit itu tetap tertutup mendung terus menerus. Karena apa yang ada di baliknya lebih mengerikan menurutku. Ketika ada lubang di awan, yang terlihat bukan langit biru yang berada dibaliknya, justru warna merah darah yang memenuhi seluruh langit. Jadi, lebih baik mendung itu tetap berada disana.
Sebelum memulai perjalanan, Varen telah lebih dulu masuk kedalam tubuhku. Lebih baik Varen tetap berada di dalam tubuhku, dengan begitu, jika terpaksa aku bisa langsung menggunakan soulcutter.
Jika sampai kehilangan Varen apa yang harus kulakukan? Cuma dia yang kukenal disini. Lagi pula aku sudah puas dengan rasanya "kehilangan". Sepertinya aku jadi menjadi membenci kata itu.
Saat aku duduk untuk beristirahat, tiba-tiba aku merasakan sesuatu. Sangat kuat, tapi juga gelap dan kelam. Hampir sama seperti sesaat sebelum aku tewas. Pertanyaanku adalah "siapa orang yang memiliki kekuatan seperti ini?". Mungkinkah orang yang membunuhku berhasil dibunuh lalu juga berada disini?
"Varen!?"
"Iya aku merasakannya juga. Ini datang dari arah timur!"
"Bagaimana menurutmu?" tanyaku kepada Varen.
"Kalau bisa jangan melibatkan dirimu dulu! Tapi semua tergantung pada keputusanmu."
Kenapa jawaban yang ku dapatkan selalu berakhir dengan 'tergantung keputusanmu'. Kelihatannya tidak ada gunanya menanyakan pendapat kepada pedang loli yang berada di tubuhku ini. Pada akhirnya aku juga yang membuat keputusan.
"Sepertinya tidak apa-apa kalau hanya melihatnya saja."
"Entahlah?"
"Lebih baik kita coba saja."
Aku kemudian segera bergerak kearah timur sesuai petunjuk yang di berikan oleh Varen.
Yang bisa kurasakan adalah kegelapan yang yang sangat besar. Walaupun hanya ada satu tetapi terasa begitu kelam. Satu titik yang begitu kental, lebih kental dari darah.
Dalam keadaan seperti ini, yang sangat ingin kuketahui adalah...
"Bagaimana aku berakhir kali ini?"
Saat aku tiba di tempat dimana aku merasakan kegelapan beberapa saat lalu, hasilnya tidak seperti bayanganku. Tidak ada apapun yang "hidup" disini. Mereka semua yang ada dihadapanku hanyalah wadah yang telah kosong kehabisan isinya. Tanah hitam yang kering dan tandus kini menjadi becek, berwarna merah disertai bau amis yang cukup menyengat. Jumlah mereka sekitar dua puluhan.
Saat ku dekati salah satu mayat yang ada aku terkejut bukan main. Yang ada di tubuhnya adalah sebuah lencana yang sama persis seperti lencana yang kukenakan saat menjalankan misi-misiku dulu. Walaupun disesalkan, tapi ada sisi baik di kematiannya. Aku tidak perlu menghadapi temanku sendiri.
Disekitarnya terdapat beberapa elf dan orang yang berpenampilan seperti seorang penyihir. Seperti mereka semua adalah rekan satu perjalanan. Atau untuk lebih mudahnya satu party.
Tapi siapa yang menghabisi kelompok yang cukup besar ini. Di tubuh mereka terdapat bekas cakaran, mungkin saja gigitan. Kalau dari beberapa mayat yang kepalanya pecah, yang menghabisi mereka mungkin menggunakan senjata tumpul atau bahkan tangan kosong. Tapi sepertinya rasanya tidak mungkin kalau tangan kosong. Lalu beberapa diantaranya ada yang terbakar, di lokasi ini juga cukup hangat dengan asap yang masih mengepul.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLWK: Rise [End]
Fantasi#Cerita kedua dari Blue Luminescent White Knight. Kematian, banyak yang yang berkata kematian bukanlah akhir kehidupan, melainkan sebuah awal untuk memulai kehidupan yang baru. Didunia yang baru dengan takdir yang baru. Dan ya, aku sepertinya harus...