Chapter 20 (Pasir dan Terik Matahari)

343 34 2
                                    

Angin berhembus kencang bersama dengan teriknya matahari. Membuat pasir yang ada disekitarku berterbangan hingga aku harus menggunakan tanganku untuk melindungi mataku.

"Gurun pasir ya?" ucapku sesaat setelah berjalan melewati gerbang dengan masih dibantu oleh Ryuuka, "maaf Ryuuka, telah merepotkanmu."

"Tidak, memang sudah seharusnya, hya!"

"Ryuu-"

Aku mencoba menangkap tangan Ryuuka yang tergelincir, tapi dengan kondisiku yang belum pulih aku tidak mampu menahan tubuhnya hingga berakhir dengan kami yang jatuh menuruni bukit pasir tempat kami datang.

Aku merasakan ada sesuatu dimulutku. Teksturnya terasa lembut, agak sedikit basah dan manis, jelas bukan pasir. Perlahan kubuka mataku. Yang pertama kulihat adalah iris mata orang lain yang sangat kukenal, kuambil jarak dan melihat wajahnya...

"R-Ryuuka!?" kagetku dan bangun menyingkirkan tubuhku darinya.

Ryuuka kemudian juga bangun dan duduk tepat didepanku. Ryuuka mengalihkan pandangannya dengan wajah merah merona sambil menyentuh bibirnya sendiri.

"Ri-kun..."

"Y-ya?"

"...kita baru saja ciuman, kan?" tanyanya seperti gadis polos.

"A... ya, sepertinya begitu," jawabku agak terbata-bata dengan Varen yang bersenandung aneh dikepalaku.

"Ricane! Ryuuka! Apa yang kalian berdua lakukan disana?" tanya Jeanne sambil menuruni bukit.

"Kami sebenarnya jatuh dari atas sana. Ryuuka," panggilku dengan mengulurkan tangan.

Ryuuka menerimanya meskipun ia belum berani menatapku setelah kejadian barusan.

"Kenapa denganmu? Apakah terjadi sesuatu?" tanya Jeanne pada Ryuuka.

"A-aku baik-baik saja! Kau tidak perlu khawatir," jawab Ryuuka, "emm... lalu dimana pemanah itu?"

"Eh? Kukira dia tadi ada dibelakangku," heran Jeanne melihat ke sekeliling.

"Biarkan saja! Sejak awal dia memang tidak berniat untuk bergabung dengan kita. Sebaiknya kita juga tidak berdiam diri disini," ucapku sambil berjalan pelan-pelan.

"Ri-kun! Sudah kubilang jangan sungkan untuk meminta bantuan kan?"

"Baik-baik. Tolong bantu aku Ryuuka."

Setelah berjalan cukup lama...

"Tidak! Aku tidak sanggup lagi!" ucap keluh Jeanne jatuh berlutut.

Bagiku apa yang dialami oleh Jeanne adalah hal yang wajar. Selama hidupnya Jeanne hidup dan tinggal di Perancis yang termasuk negara di benua eropa yang dingin sedangkan sekarang kami menyusuri gurun, bukan hal aneh kalau dia sudah mencapai batasnya. Apalagi ditempat seperti ini kami belum minum setetes air pun dalam tiga jam terakhir.

Kalau untukku dan Ryuuka kondisi cuaca seperti ini tidak terlalu membebani. Secara karena kami bukan manusia bisa dibilang tingkat ketahanan kami lebih tinggi.

"Jeanne-san bahkan jika kau duduk disitu seharian tidak akan ada yang berubah," ucap Ryuuka.

"Percuma Ryuuka, dia memang sudah tidak kuat. Bantulah dia."

"Tapi-"

"Aku tidak apa-apa. Aku akan berjalan sendiri

Setelah Ryuuka menggendong Jeanne kami kembali melanjutkan menyusuri hamparan pasir tandus ini. Dan sekarang yang menjadi prioritas utama adalah untuk menolong Jeanne.

BLWK: Rise [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang