Chapter 3 (Jalan Hidup Yang Dipilih)

886 91 13
                                    

Kepalaku sedikit pusing ketika kubuka mataku. Setelah pingsan tadi, aku tidak ingat apa-apa lagi.

"Hangat," ucapku.

Saat kulihat kesamping, ternyata ada api unggun yang masih menyala. Juga, aku menyadari bahwa saat ini aku berada didalam sebuah gua. Aku bisa menyadarinya saat melihat stalaktit dalam kondisiku yang sedang berbaring di tanah saat ini. Diluar juga terdengar suara hujan yang cukup deras.

Sebentar, jika aku berbaring ditanah bukankah kepalaku harusnya sejajar dengan tubuhku? Masalahnya saat ini kepalaku jelas lebih tinggi dari tubuhku. Bahkan dikepala belakang hingga tengkukku terasa empuk. Ah, mungkin Varen menjadikan pangkuannya sebagai bantal untukku.  Varen benar-benar gadis yang baik. Setidaknya itulah yang kupikirkan saat melihatnya yang sedang tidur memeluk bukunya di sisi lain dari api unggun disampingku.

Eh? Varen ada disana, lalu pangkuan siapa yang sedang menopang kepalaku sekarang ini?

"Ara! Aruji-sama, sudah bangun?" tanya orang yang sedang memangkuku.

"Huaa!!"

"Kyaahh!"

Aku langsung bangun dan menyeret tubuhku hingga kedinding gua. Tapi setelahnya aku memegang perut sebelah kiriku yang tiba-tiba saja terasa sangat sakit.

"Tolong jangan banyak bergerak! Lukanya bisa semakin parah," ucapnya khawatir.

Dia membenarkan kain yang membalut luka yang ada di perutku. Caranya sangat lembut tapi juga teliti. Sepertinya dia sangat ahli melakukannya juga sangat peduli padaku.

"Seharusnya Aruji-sama jangan langsung bergerak seperti itu! Aruji-sama sedang terluka jadi lebih baik istirahat dulu," ucapnya.

"Kenapa Aruji-sama memalingkan wajah dariku? Wajah Aruji-sama juga merah, mungkinkah terserang demam?" lanjutnya bertanya.

"Ryuuka..."

"Hai?"

"Kemana bajumu?" tanyaku.

Jelas aku memalingkan pandanganku.  Didepan mataku ada seorang perempuan yang baru kukenal sehari hanya mengenakan satu set lingerie untuk menutupi tubuhnya.

"Aku tidak bisa menemukan sesuatu yang bisa digunakan untuk menutup luka Aruji-sama, jadi aku tidak punya pilihan lain, kugunakan saja bajuku," jelasnya.

"Ini pakailah!" perintahku sambil memberikan coat milikku.

"Lalu bagaimana dengan Aruji-sama?"

"Dengan santainya memamerkan tubuhmu didepan laki-laki yang baru kau kenal, kau punya harga diri tidak sih?" tanyaku.

Walau begitu harus kuakui dia terlihat sangat indah seperti itu. Wajahnya cantik dan tubuhnya yang ramping dibalut kulit putih dan rambut panjang hitamnya yang digerai bebas. Walaupun matanya yang menakutkan tidak terbantahkan. Tetap saja setengah telanjang didepanku itu...

"Bagiku, Aruji-sama lebih penting daripada harga diriku. Tapi jika Aruji-sama memaksa aku akan menerimanya."

Ryuuka pada akhirnya menerima coat-ku dan mengenakannya. Dengan begitu nafsuku bisa kuredam. Yah, sedikit.

"Ryuuka, kenapa kau memanggilku dengan sebutan "Aruji"?"

"Karena Aruji-sama adalah Aruji-ku."

"Kenapa kau menganggapku seperti itu?"

"Kami ras dragon memiliki harga diri yang tinggi karena bisa dibilang kami adalah ras terkuat. Tapi, jika ada yang mengalahkan kami itu sangatlah memalukan, maka sama saja kami kehilangan harga diri dan bukan menjadi siapa-siapa lagi. Terutama kami yang memiliki derajat tinggi..."

BLWK: Rise [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang