Chapter 10 (La Pucelle)

729 72 9
                                    

Begitu aku melangkahkan kakiku melintasi gerbang, langsung aku merasakan angin sejuk yang menerpa seluruh tubuhku. Sementara gerbang dibelakangku lenyap.

Pagi ditempat ini berkabut dan terasa cukup dingin sampai aku bisa melihat nafas yang kuhembuskan. Aku sendiri cukup sering merasakan udara dengan suhu seperti ini. Baik dulu di Dieng atau wilayah dataran tinggi lainya. Begitu juga dengan para elf.

Selain dingin, pandangan kami juga terbatas oleh kabut yang beterbangan disekitar kami. Tapi tak lama kemudian cahaya terang dari matahari datang menyinari. Dengan begitu pandangan kami bisa sedikit lebih baik.

Tapi tetap saja dingin. Yang kutahu hanya dia yang tidak suka dengan hal itu. Itu karena dia mulai merapat padaku.

"Ricane terimakasih banyak karena telah memperlihatkan pemandangan ini pada kami semua," ucap Hera.

"Sama-sama, lalu... apa yang akan kalian lakukan sekarang?"

"Entahlah... mungkin kami akan mencari tempat untuk membangun pemukiman baru. Bagaimana dengan kalian?" tanya Hera balik "Ryuuka dan aku akan pergi menuju ke gerbang selanjutnya."

"Begitu ya? Berarti kita berpisah disini. Oh! Aku hampir lupa ini," ucapnya sambil memberikan enam buah magasin.

Tentu saja aku menerimanya dengan senang hati.

"Terima-!?"

Kalimatku langsung terpotong, karena saat aku akan mengatakannya sebuah kecupan mendarat tepat di pipi kananku. Tentu saja, siapa lagi kalau bukan Hera yang tersenyum setelah melakukannya.

Entah mengapa sejak aku menjadi seorang other light, aku seperti sangat populer dikalangan perempuan. Padahal aku seperti dicampakkan ketika masih manusia. Bukan berarti aku membencinya, tapi tetap saja merepotkan. Karena perempuan yang mendekatiku rata-rata melampaui ambang batas normal semua (bukan manusia).

"Anggap saja itu rasa terimakasih khusus dariku, selamat tinggal, semoga kita bisa bertemu lain waktu," ucap Hera dengan santai seolah-olah tak ada yang terjadi beberapa detik lalu.

Setelah mengucapkannya, Hera segera berlari menyusul teman-temannya. Tapi sebelumnya ia sempat tersenyum dan melambaikan tangannya pada kami.

"Ayo, kita juga harus pergi! Pertama-tama kita akan mencari tempat untuk mencari tempat untuk beristirahat."

Sudah kurang lebih dua jam sejak kami datang ke tempat ini dan berpisah dengan para elf. Aku dan Ryuuka masih terus berusaha mencari jalan keluar dari hutan yang ada di pegunungan ini.

Setidaknya penglihatan membaik karena kabut mulai menghilang seiring waktu berjalan. Hanya hawa sejuk yang masih kurasakan meskipun matahari sudah bersinar.

Tiba-tiba saja aku merasakan sesuatu, saat itu juga aku berhenti.

"Siapapun yang ada disitu, keluarlah!" teriakku.

"Hoo... kau sudah menyadari keberadaan kami?" ucap pria paruh baya yang membawa senapan.

Setelah kemuinculan orang itu, lalu disusul oleh delapan orang yang mengelilingi kami yang sama-sama membawa senapan.

"Langsung saja, serahkan barang-barang berharga yang kalian miliki!" perintahnya.

"Untuk apa aku harus melakukan yang kau katakan?" tanyaku balik, "lagi pula kami ini pendatang, kami tidak punya apa-apa."

"Jangan bercanda! Jika kau diam saja kami akan menembakimu!"

"Bos, bagaimana kalau kita bawa saja gadis cantik ini? Aku sudah tidak tahan ingin menjamahnya!" usul salah satu anak buahnya.

BLWK: Rise [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang