6:: Sebuah Mainan

7.8K 493 4
                                    

"Apa yang kau bicarakan bersama Ibu?" Yukina bertanya setelah dia di mintai oleh Ibunya untuk mengantar Zen sampai depan rumahnya.

Zen membalikan badannya dengan alis yang saling tertaut, seakan memberikan sebuah jawaban. Memangnya apa urusannya denganmu?

Ingin sekali dia menggertak lelaki di hadapannya jika saja Zen tak mengatakan hal yang membuat tubuhnya menegang di tempat.

"Kau bisa tanyai pada taringku jika waktunya sudah tepat, dan benda mungil itu akan memberikan jawabannya dengan senang hati." Zen menyeringai puas dengan wajah ketakutan Yukina. Hei, padahal dia tak melakukan sesuatu yang membuat gadis di hadapannya ini merasa ketakutan.

"Aku sedang tidak ingin bercanda, Zen." Geramnya sambil meremas ujung kaos hijaunya yang terlihat kebesaran di tubuhnya.

"Memangnya aku juga sedang bercanda? Aku ini Vampire, Yukina."

"Aku sudah tahu,"

"Ya sudah, jangan merasa takut padaku. Karena di dalam dirimu, mengalir jenis darah yang sama sepertiku."

"Maksudmu?"

Zen menatap mata itu dengan lekat, seakan dia sedang menilai sesuatu dari diri Yukina. Hawa dingin malam cukup membantu dia mengelurkan keringat dinginnya, mata Zen seakan menusuk matanya tanpa ampun. Dia paling tak suka jika di tatap dengan tatapan tajam seperti itu, terlebih lagi mata itu milik Vampire tak berperasaan yang baru-baru ini membunuh seorang gadis di sekolahnya.

"Pfftt," Zen terlihat seperti menahan tawanya, hal itu membuat kening Yukina mengerut tak mengerti.

"Oh ayolah, kau harus melihat bagaimana lucunya ekspresimu tadi, hahaha! Sungguh membuatku ingin segera menghisap darahmu, Yukina!" Zen tertawa dengan puasnya, mengabaikan Yukina kini sedang menahan amarah.

Di ambilnya satu sendal di samping Yukina, lalu tanpa rasa berdosa, gadis itu melempar sendal itu tepat di wajah Zen.

"Aw! Sakit, bodoh!"

Tepat saat Zen ingin memaki gadis itu, Yukina sudah lebih dulu masuk ke dalam dan membanting pintu rumahnya. Wajah lelaki itu melongo, lalu terkekeh pelan. Sepertinya, mengganggu Yukina dan membuat dia kesal sudah ia tobatkan menjadi hobi barunya.

"Hahhh...," Zen menghela nafas, lalu menatap bulan sabit yang menghiasi langit malam yang biru gelap keunguan."Gadis yang cukup manis, tapi tetap bukan tipeku," kekehnya.

*

"Yukina, coba lihat Zen. Dia selalu menempel kesana dan kemari, kemarin dia mendekatimu tapi sekarang malah mendekati perempuan lain. Laki-laki seperti itu benar-benar bukan tipeku," bisik Hanny pada Yukina yang nyatanya terlihat biasa saja melihat pemandangan di depannya.

Memangnya kenapa jika Zen mendekati perempuan lain?

Tanpa di sangka-sangka, lelaki yang menjadi bahan pembicaraan Hanny, membalikan badannya dengan senyum miring yang terlukis di bibirnya. Hanny menutup mulutnya, lalu dengan perlahan meyembunyikan tubuhnya di balik punggung Yukina yang membuat gadis itu mengernyit bingung.

"Apa aku mengatakannya terlalu kencang?" Bisik Hanny dengan takut-takut.

Serasa mengerti dengan topik yang Hanny bicarakan, mata Yukina mengarah ke tempat Zen berdiri. Disana Zen melontarkan cengiran beserta gaya yang manis, hal itu membuat Yukina muak dengan sendirinya.

"Menggelikan," dengus Yukina, lalu meninggalkan Hanny yang masih termangu bingung di tempat.

"E-eh, Yukina? Siapa yang kamu maksud menggelikan? Aku?" Tanya Hanny sambil menyusul sahabatnya yang paling dingin.

Bound Up With VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang