Chapter 18

6.3K 401 4
                                    

WARNING !!  Aku mau ngingetin aja kalo dichapter kali ini ada adegan kekerasannya.

Lanjut, yukk....

***

Yukina masuk kedalam rumah dengan mata yang sembab. Shion menghampiri Yukina dengan wajah paniknya,“Yukina, ada apa denganmu ?”. Tanya Shion sambil menangkup wajah Yukina.

Yukina memejamkan matanya dan cairan bening seperti kristal kembali keluar dari matanya,“Kakak....”. Lirih Yukina.

Shion menuntun Yukina untuk masuk kedalam kamarnya, lalu menyuruhnya untuk duduk dipinggir kasur diikuti oleh Shion yang duduk disampingnya. Sebenarnya, ia bisa saja membaca pikiran Yukina dan mengetahui apa masalah yang sedang dihadapinya. Tapi, Shion masih mengerti sopan santun dan memutuskan untuk membiarkan Yukina menceritakan sesuai dengan keinginannya sendiri untuk menceritakannya atau tidak.

“Mau cerita kepada kakak ?”. Tawar Shion lembut.

Yukina menyeka air matanya, lalu menganggukkan kepalanya pelan,“Iya,”. Ucap Yukina.

Yukina menatap kakaknya dan menceritakan semua kelakuan Zen dan semua perkataan yang ia lontarkan kepada Zen saat tubuhnya seperti dikendalikan oleh amarah dan emosinya. Semua ia ceritakan, tidak ada yang terlewat. Shion menanggapi cerita Yukina dengan anggukkan kepala.

“Ohh, jadi begitu,”. Ucap Shion.

“Jadi, apakah yang salah aku, Kak ?”. Tanya Yukina.

Shion menggelengkan kepalanya,“Tidak,”. Jawab Shion.

“Lalu siapa ?”.  Tanya Yukina, lagi.

“Kalian berdua,”. Jawab Shion.

Yukina mengerutkan dahinya, tidak mengerti dengan jalan pikir laki-laki dihadapannya ini.

“Zen salah, karena ia tidak lebih terbuka denganmu hingga muncullah sebuah kesalah pahaman antara kamu dan juga Randy didalam benak Zen. Sedangkan, kamu salah karena dirimu tidak memberinya kesempatan untuk menjelaskan semuanya, lebih baik jika kau membiarkannya untuk menjelaskan semuanya. Maksudku, sebagai pasangan  hidup,”. Goda Shion.

“Aku membencinya... Asal kau tahu,”. Dusta Yukina.

“Oh ya, Kak. Ada yang ingin aku tanyakan,”. Pinta Yukina.

Entah mengapa, perasaan Shion menjadi sangat tidak enak,“Lain kali saja, yaa.... Kakak ada urusan sebentar,”. Ucap Shion, lalu meninggalkan Yukina didalam kamar.

***

Zen masuk ke kamar apartemennya, lalu membanting pintunya kasar hingga menghasilkan suara yang keras. Ia melempar tasnya kesembarang arah dan membanting semua barang yang berada didekatnya. Didalam dirinya sekarang hanyalah amarah dan kebencian. Ia marah karena Yukina tidak memberinya kesempatan untuk menjelaskan semuanya dan meminta maaf. Dan, ia benci kepada dirinya sendiri atas semua kesalahan dan kesalah pahaman yang ia perbuat.

Ia duduk di sofa sambil menghela nafas kasar.

Krieett....
Suara decitan memenuhi gendang telinganya. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan apartemen nya. Namun, nihil. Zen tidak menemukan apa-apa.

Tiba-tiba, sebuah tangan membelai pipi Zen dari belakang. Dengan segera, Zen membalikkan badannya lalu, segera bangkit dan melangkah ke belakang menjauh dari laki-laki dihadapannya,“Kau!”. Hardik Zen.

“Apa kabar, adik ku tersayang ?”. Ucap Leo sambil mendekati Zen.

Zen berusaha untuk tetap diam, menyembunyikan rasa takut yang menyelimutinya. Ia bukannya lemah, tapi semua memori tentang masa kecilnya kembali terputar didalam benaknya. Semua kelakuan Leo padanya mau pun kedua orang tuanya yang mati ditangan Leo hanya untuk sebuah kekuasaan.

Bound Up With VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang