Chapter 16

6.2K 402 21
                                    

Sebelumnya aku mau ngucapin terima kasih ke semua reader's MLIAV.

Terima kasih sudah memberi ku dukungan dan Vote dari kalian, sehingga aku semangat untuk melanjutkan ceritanya.

Lanjut aja, deh....

***

Paginya, Yukina bangun kesiangan karena semalam ia selalu saja menangis. Ia segera beranjak dari kasurnya, lalu menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Beberapa menit kemudian, Yukina keluar dari kamar mandi yang sudah lengkap dengan seragam sekolahnya.

Ia menuju meja rias untuk menyisir rambutnya, untuk sesaat ia terdiam menatap lambang bulan sabit yang berada dikeningnya, lalu menyentuhnya. Dadanya kembali terasa sesak mengingat semua kelakuan Zen saat mencium pipi Viona apalagi saat ia melontarkan kata-kata yang cukup kasar kepada Yukina. Padahal, selama ini Zen tidak pernah berperilaku seperti itu kepadanya.

Ia menyisir poni- nya menutupi lambang tersebut, lalu mengambil tas selempangnya disamping tempat tidur.

Diruang makan, ia mendapat tatapan yang tidak dapat diartikan dari Asagi dan Shion,“Kenapa kalian menatapku seperti itu ?”. Tanya Yukina.

“Ada masalah, nak ?”. Tanya Asagi.

“Kau habis menangis ? Matamu terlihat sembab,”. Sambung Shion.

“Aku tidak ada masalah kok, bu. Dan.... Mungkin ini karena aku tidur terlalu larut, jadi mataku terlihat sembab,”. Jawab Yukina.

“Mungkin ?”. Shion menaikkan sebelah alisnya.

Yukina menggigit bibirnya, haruskah  dia menceritakan masalahnya antara Zen dengan dirinya ? Mungkin lebih baik tidak sekarang.

“Sudahlah, kak. Aku tidak ada masalah apa-apa,”. Ucap Yukina, lalu keluar dari rumah untuk berangkat ke sekolah.

♦•♦•♦

Didepan gerbang, Yukina berpapasan dengan Zen. Zen tidak menyapanya, ataupun meliriknya.

“Zen...”. Panggil Yukina.

Zen menghentikan langkahnya, namun tetap menghadap kedepan, menunggu perkataan Yukina selanjutnya.

“Aku minta maaf,”. Ucap Yukina.

“Tapi, bisakah kita bicarakan ini dengan baik ? Kalau kamu tidak memberitahuku, apa salahku. Bagaimana bisa aku tahu letak kesalahanku ?”. Ucap Yukina.

“Kau... Membuatku iri dengan laki-laki itu,”. Ucap Zen.

“Kau selalu saja bilang 'laki-laki itu', sedangkan aku tidak tahu yang kau maksud itu siapa ? Bagaimana aku bisa mengerti ?!”. Ucap Yukina yang suaranya makin meninggi.

“Sudahlah, aku sedang ditunggu oleh temanku. Kau selalu saja menghabiskan waktu ku,”. Ucap Zen, lalu meninggalkan Yukina.

Yukina mengepalkan tangannya, jika lama-kelamaan Zen seperti itu, ia tidak akan segan-segan juga bersikap sama seperti yang Zen lakukan terhadapnya.

Didalam kelas, Yukina langsung duduk ditempatnya. Entah kemana Zen pergi, sedangkan tasnya sudah duduk manis ditempat duduknya. "Biarlah, untuk apa juga memikirkan dia ? Kurang kerjaan banget,”. Batin Yukina.

Tiba-tiba, Hanny duduk dibangku Zen dan menyentuh bahu Yukina,“Kamu kenapa ? Pagi-pagi begini, mukanya sudah kusut saja,”. Ucap Hanny.

Bound Up With VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang