Chapter 19

6.2K 385 14
                                    


Lanjut, yuk....

***

Yukina menatap keluar jendela kamarnya sambil melipat kedua kakinya didepa dada. Ia menunggu Shion yang sedari tadi belum juga kembali ke rumah, padahal jarum jam pendek sudah menunjukkan angka sebelas malam. Sebenarnya, ia sedikit khawatir dengan kakaknya karena sampai larut malam seperti ini Shion belum juga kembali,“Kak Shion kemana, sih ?”. Gumam Yukina gelisah.

Tok... Tok... Tok...
Seseorang mengetuk pintu kamarnya,“Masuk,”. Ucap Yukina.

Pintu itu terbuka dan menampilkan sosok wanita paruh baya dengan wajah gelisahnya. Wanita itu menghampiri Yukina, lalu duduk dipinggir kasurnya,“Yukina, kakak kamu, kok, belum dateng, yaa ?”. Tanya Asagi dengan wajah gelisahnya.

Yukina tersenyum,“Tak apa, bu. Kak Shion kan kuat, dia punya kelebihan, bu,”. Ucap Yukina mencoba menenangkan Asagi. Padahal, ia juga merasakan hal yang sama seperti ibunya, khawatir dan tidak tenang.

“Ibu, tidur saja. Aku akan menunggu Kak Shion,”. Ucap Yukina, lalu mengecup kening Asagi.

Asagi tersenyum,“Baiklah, tapi kalau kamu sudah merasa mengantuk. Tidur saja, yaa. Jangan memaksakan dirimu, besok kamu harus sekolah,”. Ucap Asagi.

“Iya, bu,”.

Asagi keluar dari kamarnya dan tidak lupa untuk menutupnya kembali. Yukina mengadahkan kepalanya menatap gelapnya langit malam dengan taburan bintang-bintang yang berkelap-kelip, tidak lupa juga dengan bulan sabit yang bersinar terang diantara banyaknya bintang-bintang.

Yukina menyentuh keningnya,“Zen,”. Gumam Yukina yang tanpa ia sadari.

Entah mengapa, ada sesuatu yang bergejolak didalam dadanya. Bukan sesuatu yang menyenangkan, tapi sesuatu yang menyakitkan. Bukan dalam artian kata perasaan, tapi sungguh-sungguh ia rasakan didalam tubuhnya, rasa sakit menjalar ke seluruh tubuhnya.

Yukina menutup mulutnya,“Uhuk! Uhuk!”. Entah mengapa, Yukina terbatuk dan mengeluarkan sebuah cairan merah kental dari mulutnya.

Dengan segera, Yukina bergegas masuk kedalam kamar mandi dan memuntahkan semua cairan merah kental tersebut di wastafel dari dalam mulutnya. Ia menatap dirinya dipantulan cermin yang tepat dihadapannya,“Ada apa denganku ? Kenapa aku tiba-tiba seperti ini ?”. Gumam Yukina.

Ia keluar dari kamar mandi, lalu merebahkan tubuhnya diatas kasur. Mungkin saja, ia butuh istirahat dan melupakan semua masalah yang membebani pikirannya.

Ia mengatur nafasnya yang tidak beraturan, entah mengapa perasaannya terasa tidak enak. Ia seperti merasa ada tanggung jawab yang ia lupakan,“Sudah berapa lama Zen tidak meminum darahku ?”. Gumam Yukina.

Ia menghela nafasnya,“Lupakan saja. Apa peduliku padanya ?”. Lanjut Yukina, lalu memejamkan matanya.

***

Matahari pagi menyambutnya. Seorang gadis menggeliat diatas kasur dan membuka matanya perlahan. Mencoba beradabtasi dengan cahaya matahari pagi yang menyilaukan. Ia bangkit dari tidurnya, lalu menuju kamar mandi untuk bersiap ke sekolah.

Setelah mandi, ia menyisir rambutnya, tidak lupa juga untuk menutupi lambang dikeningnya menggunakan poni-nya. Ia menyampirkan tas selempangnya dibahu kanannya sebelum keluar dari kamar.

Seorang wanita paruh baya tengah mencuci piring didapur dengan pandangan kosongnya, seperti sedang memikirkan sesuatu,“Ibu, kenapa melamun ? Oh ya, apakah Kak Shion sudah kembali ?”. Tanya Gadis tersebut.

Asagi menggelengkan kepalanya lesu,“Belum, ibu sangat khawatir dengannya,”. Jawab Asagi.

“Apa ? Kak Shion belum kembali ?”. Cecar Yukina.

Bound Up With VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang