Chapter 33

4.4K 297 14
                                    

Maaf, aku baru bisa update karena aku lagi banyak banget tugas kelompok.

Klo gitu lanjut aja, dehh.

****

Shion menapakan kakinya ke tanah setelah keluar dari portal yang membawanya ke dimensi yang berbeda. Shion melihat sekeliling yang di penuhi dengan pohon-pohon yang menjulang tinggi hingga menutupi gelapnya langit malam, hanya cahaya bulan purnama yang samar-samar menembus masuk menyinari hutan yang gelap melalui celah-celah ranting dan daun pohon yang mengelilingi mereka.

“Aneh, kenapa bulan purnama birunya belum muncul ? Dan kenapa portal itu membawaku ke dalam hutan ini ? Biasanya langsung ke depan gerbang kerajaan,”. Gumam Shion yang sekali-kali melihat sekitar untuk memastikan keadaan aman.

Sebuah tangan menarik pelan kerah bajunya,“Kak Shion, bisa.... Turunkan aku ?”. Tanya Yukina dengan wajahnya yang sudah memucat.

“Yukina, kamu kenapa ? Apa kamu sakit ?”. Tanya Shion yang belum juga menurunkan Yukina.

“Kak Shion, turunkan aku!”. Teriak Yukina sambil meronta di gendongan Shion.

“Iya-iya, sabar!”. Dengus Shion sambil menurunkan Yukina.

Dengan cepat, Yukina menuju ke salah satu semak dan berjongkok di dekat semak-semak itu,“Yukina, kamu sedang ap—”.

Perkataan Shion terputus karena Yukina terdengar sedang memuntahkan sesuatu dari dalam mulutnya. Shion diam seketika sambil terus memandangi punggung Yukina.

“Yukina, kamu....,”. Shion menggantungkan perkataannya. Yukina memutar kepalanya sembilan puluh derajat untuk dapat menatap kakaknya dari ekor matanya. “.... Hamil ?”. Tanya Shion dengan wajah polosnya.

Yukina langsung berdiri dan melempar sebuah batu kecil ke arah Shion yang tepat mengenai wajah Shion,“Bisa ulangi lagi perkataanmu, Kak Shion ?”. Tanya Yukina dengan penuh penekanan.

Shion barusaha menelan ludahnya yang terasa sulit sekali untuk di telan setelah melihat wajah Yukina yang menurutnya menakutkan,“Kakak salah, yaa ?”. Tanya Shion.

Yukina melipat tangannya di depan dadanya dengan wajah kesalnya,“Tadi, aku terasa pusing dan mual setelah melewati portal itu. Aku membenci benda terkutuk itu. Bukan karena aku hamil !!!”. Sindir Yukina sambil melirik Shion dengan tajam.

“Ah, be-begitu ? Mungkin kamu belum terbiasa saja. Jadi, maafin kata-kata kakak yang buat kamu kesal, yaa. Mau maafin kakak, kan ?”. Bujuk Shion sambil memencet hidung Yukina dengan pelan.

“Hm,”. Jawab Yukina singkat.

“Ya udah. Kita cari jalan keluar, yuk,”. Ucap Shion.

Yukina melihat sekeliling, ia baru menyadari keberadaannya yang berada di sebuah hutan sekarang. Keadaannya sangat sepi dan hening, seperti tidak ada seorang pun yang menempati tempat gelap ini. Biasanya, hutan yang berada di dimensi tempat tinggalnya yang sebenarnya, masih ada suara-suara yang memenuhi indra pendengarannya—misalnya, suara jangkrik, burung hantu dan hewan malam lainnya. Berbeda sekali dengan hutan yang ia datangi sekarang, suasananya sangat mencekam dan sunyi. Tidak ada suara apapun yang saling menyahut seperti suara jangkrik dan burung hantu. Yang terdengar olehnya sekarang hanyalah suara hembusan angin malam.

“Kak, kita harus cepat keluar dari sini. Aku tidak suka tempat seperti ini,”. Ungkap Yukina sambil mendekati Shion.

Shion tersenyum sambil mengelus rambut Yukina lembut,“Jangan takut, ada kakak disini. Dimana keberanian yang kamu tunjukan sebelum datang kesini ?”. Ucap Shion.

Yukina menghembuskan nafasnya pelan,“Baiklah, demi Zen,”. Ucap Yukina dengan percaya diri.

“Bagus,”. Ucap Shion, lalu melihat sekitar. “Kita akan berjalan ke arah Timur, karena kerajaannya ada berada di sebelah Timur. Kamu siap ?”. Ucap Shion sambil menunjuk jalan di sebelah kanannya.

Bound Up With VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang