Chapter 26

5.3K 370 19
                                    

Sebelumnya, aku mau minta maaf karena updatenya telat. Tadi, aku masih ada masalah sedikit dan susah banget untuk di ilangin dari dalem pikiran😔.

Kok jadi curhat ? Hehe, maaf dehh....

Lanjut yuk, minna-san...

****

Zen mengetuk-ngetuk meja menggunakan jari telunjuknya, ia melirik ke jam dinding yang tergantung di salah satu sudut ruangan. Entah sudah keberapa kali dia melakukan hal itu.

Ia merasa waktu berputar sangat lambat dan bel istirahat belum juga berbunyi. Wajahnya menampakkan kegelisahan dan tidak tenang. Bahkan, sudah beberapa kali pak guru bertanya tentang hal apa yang membuatnya terlihat gelisah. Namun, Zen menjawabnya dengan senyum yang dipaksa dan gelengan kepala.

Hanya tinggal lima belas menit lagi, bel akan berbunyi. Namun, tetap saja jarum jam tersebut terasa seperti berputar dengan lambat. Bahkan, ia pun tidak fokus dengan tugas yang telah pak guru berikan kepadanya.

Zen mendecak kesal, ia menghampiri pak guru yang tengah membolak-balik buku pelajaran di mejanya.

“Pak, saya izin ke toilet,”. Ucap Zen.

“Tinggal lima belas menit lagi, tahan sebentar lagi,”. Ucap pak guru.

“Pak, udah gak bisa saya tahan lagi. Bahaya, udah di ujung tanduk, pak,”. Pinta Zen dengan wajah di melas-melaskan.

“Sebentar lagi, Zen,”. Ucap pak guru.

“Pak, masih mending saya izin nya ke toilet. Dari pada, izin nya ke hati bapak,”. Ucap Zen sambil menaik turunkan alisnya.

Pak guru meringis geli mendengarnya,“Ya udah. Jangan lama-lama,”. Pinta pak guru.

Zen tersenyum,“Makasih, pak. Bapak baik banget, sih. Jadi, jatuh cinta, deh,”. Ucap Zen, lalu berjalan keluar dari kelas.

Pak guru hanya dapat menggelengkan kepalanya melihat kelakuan muridnya itu.

Zen berlari kecil melewati lorong-lorong sekolah menuju ke UKS,“Kenapa jadi geli sendiri habis ngomong begitu ke pak guru, yaa ? Hih, jadi nyesel ngomong begitu,”. Gerutu Zen.

♥♥♥

Sherla bangkit dari tempat tidurnya menuju ke dapur setelah mendengar teriakan Yukina dari sana,“Y-Yukina ?”. Panggil Sherla dengan nada bergetar.

Ia berjalan dengan perlahan agar tidak menimbulkan suara. Jantungnya berdegup kencang, keringat dingin mulai membasahi sekujur tubuhnya.

“To.... long,”. Terdengar suara seseorang seperti bisikan memenuhi indra pendengarannya.

Sherla menelan salivanya dengan susah payah. Ia mengintip sedikit ke dapur mencari sosok yang sedari tadi ia cari. Hingga matanya membulat sempurna melihat sesuatu yang kejam dan mengenaskan di depan matanya.

Ia masih terpaku di tempat, tidak tahu harus melakukan apa.

Di depannya saat ini, terlihat seorang gadis yang seragamnya telah sobek dan bersimbah darah di sekujur tubuhnya. Di tambah dengan luka sayatan yang menghiasi tubuhnya, bukan hanya tubuh, tetapi di wajah pun ada dengan darah yang masih mengalir di beberapa tempat. Mata gadis itu terpejam dengan sesekali meringis kesakitan, bibirnya tidak berhenti untuk berusaha mengeluarkan suara meminta tolong.

“Yukina!”. Pekik Sherla sambil menghampiri Yukina.

Sherla duduk bertumpuan dengan lututnya sambil menatap Yukina,“Yukina, bertahanlah. Aku akan memanggil bantuan,”. Ucap Sherla dengan tergesa-gesa.

Bound Up With VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang