Chapter 47

3.9K 315 59
                                    

Ehm, Halo... Gmn kabarnya?
Aku mau minta maaf karena hampir sebulan gak update ya? Aku tahu kalian bosen dengerin kata maaaffff mlu dari aku kan?

Kita mulai aja, klik tombol di atas biar feel-nya makin dapet. Aku ngambil lagunya dari dari salah satu anime favorit ku, karena aku pikir lebih pantes lagu itu. Maaf kalo gak bisa yaa...

****
Seorang gadis yang terbaring di atas kasur, membuka matanya menampilkan warna manik matanya yang indah. Pandangannya buram hingga tidak dapat melihat, dimana ia berada. Terakhir kali yang dia ingat adalah tubuh Zen yang terkulai dan di lumuri oleh darah.

Setelah penglihatannya mulai jelas, Yukina mengernyit bingung. Bola matanya berputar melihat sekeliling dengan perasaan gelisah, ia berada di satu ruangan kecil berdinding putih dengan  sebuah tirai  hijau daun yang mengelilinginya. indra penciumannya juga mencium bau obat-obatan yang khas.

Rumah sakit.

Itulah yang berada di dalam benaknya sekarang. Yukina memeriksa tubuhnya, banyak selang-selang yang menghiasi tubuhnya. Selang infus, perban-perban dan selang pembantu pernapasan. Bibirnya juga terasa kering dan pecah-pecah, wajahnya pucat pasi.

“Apa yang...,” nafas Yukina tercekat.“Dimana Zen? Zen, kamu dimana?” teriak Yukina, mengharapkan lelaki itu menjawab panggilannya.

Karena tidak ada yang menjawab, Yukina membuka mulutnya kembali untuk memanggil satu nama, Zen. Tapi, sebelum suaranya keluar, seseorang membuka pintu di salah satu sisi ruangan itu.

“Yukina? Syukurlah, kamu sudah sadar,” lirihnya dengan mata yang berkaca-kaca.

“Ibu?” cicit Yukina saat wanita itu memeluk dirinya erat.

“Sebentar. Ibu akan memanggil dokter untuk memeriksa kondisimu,” Asagi hendak akan beranjak meninggalkan Yukina, tapi putrinya menggenggam tangannya.

“Ibu, dimana Zen?” tanya Yukina dengan tatapan sayunya.

Asagi duduk di bangku sebelah ranjang Yukina dengan tatapan bertanya,“Apa?”

“Zen. Dimana Zen?” ulang Yukina.

“Zen? Dia...,”

“Ya? Dimana Zen?”

“Tapi, siapa dia?” ucapan ibunya membuat Yukina mengernyit bingung.

“Kenapa pertanyaan ibu seperti itu?” tanya Yukina.

“Kenapa dengan pertanyaan ibu? Siapa Zen? Ibu memang tidak mengenalnya, bahkan mendengar namanya pun tidak pernah.”

“Ibu, Yukina sudah sadar?” suara itu. Yukina sangat mengenalnya.

Dengan perlahan, Yukina menolehkan kepalanya ke pintu dan menatap laki-laki yang berjalan mendekat ke arahnya dengan senyuman.

“Syukurlah,” lirih lelaki itu sambil memeluk Yukina.

“Kak Shion?”

Shion melepas pelukannya,“Ya? Bagaimana keadaanmu, hm?”

“Aku baik-baik saja. Tapi, dimana Zen dan bagaimana keadaannya?”

“Zen?” dahi Shion berkerut.

“Ya, Zen. Dimana dia?”

“Kakak tidak pernah mendengar nama itu,”

“Kenapa kalian selalu menjawab tidak mengenalnya? Sebenarnya kalian sedang mempermainkan ku, ya? Ibu, dimana Zen?” Yukina terus bertanya dengan pertanyaan yang sama.

“Nak... Ibu, tidak tahu siapa itu Zen.”

“Ibu, jangan bercanda. Dimana Zen?!” tukas Yukina.

Bound Up With VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang