Chapter 49

4.6K 280 27
                                    

Selama jam pelajaran, Yukina sama sekali tidak bisa memfokuskan diri pada penjelasan yang gurunya katakan di depan kelas. Sesekali, dia melirik laki-laki yang berada di sebelahnya yang tampak serius mendengarkan penjelasam dari guru.

Terlihat seperti bukan Zen. Seingat Yukina, Zen sama sekali tidak mempedulikan penjelasan dari pelajaran yang sedang di pelajari atau bisa disebut ‘cuek’.

Mata biru gelap Yukina berputar melirik jam dinding yang tergantung di salah satu sisi ruangan. Dia ingin sekali, bel istirahat cepat berbunyi. Tapi, jam seperti berputar dengan lambannya, setiap detik juga terasa seperti satu jam. Yukina berusaha untuk tidak memikirkan waktu yang berlalu. Kata beberapa orang kalau sekalinya kita menunggu waktu untuk berjalan dengan cepat, justru akan malah terasa sangat lamban.

Tukk...
Tanpa sengaja, pulpen milik Yukina terjatuh ke atas lantai. Saat Yukina hendak mengambilnya, sebuah tangan sudah meraih pulpen miliknya terlebih dahulu.

“Ini...,” Zen memberikan pulpen itu pada Yukina dengan senyumannya.

Dengan ragu, Yukina mengambil pulpennya dari tangan Zen,“Terima kasih,” ucapnya pelan.

Zen hanya mengangguk sebagai jawaban. Lalu, kembali memfokuskan diri pada pelajaran.

Yukina menggenggam pulpen miliknya dengan erat. Ada yang tidak beres. Laki-laki di sampingnya seperti bukan Zen. Kepribadiannya sangat berbeda dari Zen.

Dia bukanlah Zen, batin Yukina.

“Aku memang bukanlah Zen yang kau maksud, Nona,” kata Zen dengan tiba-tiba tanpa mengalihkan pandangan dari buku yang sedang di bacanya.

Yukina sedikit tersentak mendengar perkataan Zen. Oke, pernyataan yang di lontarkan laki-laki di sampingnya sedikit membuatnya merasa takut.

***

Bel istirahat berbunyi.

Satu per satu murid mulai keluar dari kelas menuju kantin sekolah. Ada yang berkelompok atau pun hanya berdua. Zen hanya diam dengan menyenderkan punggungnya pada sandaran bangku tanpa mau bergerak dari posisinya sama sekali.

“Zen...,” panggil Yukina.

Zen menolehkan kepalanya,“Hm, kenapa?”

“Aku mau keluar,”

“Keluar tinggal keluar,”

“Tapi, aku tidak bi...,” Yukina terdiam saat merasakan ada yang aneh dengan adegan ini. Untuk kedua kalinya, dia merasa seperti mengulang kembali kejadian yang telah lalu.

Akhirnya, Yukina terpaksa kembali duduk pada bangkunya.

“Yukina, kamu mau ke kantin?” tanya Hanny yang menghampirinya bersama Jessey.

“Tidak. Terima kasih,” jawabnya singkat.

“Apa kamu mau titip sesuatu?” kini giliran Jessey yang bertanya.

Yukina menggeleng sambil menampilkan senyum kikuknya,“Tidak. Terima kasih. Kalian ke kantin saja, aku ingin di kelas,”

“Oke,” ucap Hanny dan Jessey bersamaan, lalu keluar dari kelas.

Zen menolehkan kepalanya ke arah Yukina,“Kenapa gak ke kantin?”

“Gak,”

Bound Up With VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang