Chapter 36

4.1K 283 13
                                    

Yukina duduk di atas kasur dengan tatapannya yang masih terkunci pada dua orang yang masih asyik berpelukan dan melepas rindu. Ia merasa terabaikan dan mengganggu keduanya. Oh ya, satu lagi.... Yukina merasa bosan. Entah sudah berapa lama, kedua orang yang berada di hadapannya saling berpelukan dan saling membagi kehangatan.

Tapi, ada perasaan yang menyeruak ke dalam hatinya ketika melihat Shion dan Felicia saling melepas rindu. Yaitu, iri dan keraguan.

Yukina iri karena ia juga merindukan pelukan hangat Zen. Sifatnya yang menjengkelkan, kepedeannya. Dan, Yukina merasa ragu karena ia juga bingung kenapa ia ingin ikut bersama Shion untuk menjemput Zen. Padahal, Zen telah menghancurkan hati dan kepercayaannya.

Zen berkata kalau ia hanya ingin membalaskan dendamnya. Karena, ayah Yukina telah membunuh kedua orang tua Zen. Semua perkataan dan caci maki Zen saat berada di taman belakang sekolah terus berputar di dalam benaknya seperti kaset yang telah rusak. Sosok Zen saat itu bagaikan bukan sifat Zen yang aslinya, sifat Zen saat itu terasa asing di mata Yukina.

Yukina menggelengkan kepalanya untuk mengusir keraguan yang berada di dalam hatinya. Hingga, ia menyadari sesuatu. Yukina mengalihkan pandangannya ke dua orang yang masih saja asyik melepas rindu.

“Ehem!”. Yukina berdehem untuk menyadarkan keduanya.

Setelah, mendengar deheman dari Yukina. Felicia melepas pelukannya dengan kepala tertunduk untuk menyembunyikan wajahnya yang memerah. Sedangkan, Shion hanya menggaruk tengkuknya.

“Maaf, bukannya aku bermaksud untuk menggangu adegan romantis kalian. Tapi, aku ingin bertanya sesuatu yang penting,”. Ucap Yukina.

“Apa ? Adegan romantis ? Cih! Menjijikan,”. Decak Felicia sambil menghampiri Yukina.

Shion hanya terperangah mendengar ucapan Felicia yang sebenarnya cukup untuk membuat hatinya merasa mencolos. Ia ingin sekali membela dirinya, kalau sudah jelas-jelas Felicia yang memeluknya. Tapi, ia mengurungkan niatnya dari pada masalahnya malah makin panjang.

“Apa yang ingin kamu tanyakan ?”. Tanya Shion sambil duduk di hadapan Yukina.

“Kak Shion, apakah Ayah benar-benar membunuh orang tua Zen ?”. Tanya Yukina to the point.

Shion membelalakan matanya,“Hah ?! Siapa yang mengatakan itu ?! Sudah jelas-jelas yang membunuh orang tua Zen adalah Leo!”. Ujar Shion dengan penuh penekanan.

“Tapi, Zen mengatakan kalau Ayah lah yang telah membunuh orang tuanya. Dan dia juga bilang.... Kalau dia mendekati ku hanya untuk balas dendam.”. Ucap Yukina.

“Dan, kamu percaya ?”. Kata Shion.“Dengar, aku kenal Zen saat dia masih sangat kecil dan masih sering mengompol, jadi mana mungkin ia melakukan semua itu,”. Ucap Shion dengan serius.

Jujur saja, Yukina ingin sekali tertawa setelah mendengar semua perkataan Shion. Tapi, ini bukanlah waktu yang tepat untuk tertawa.

“Tapi, sudah jelas-jelas Zen melakukan itu,”. Ucap Yukina.

“Aku tanya, kapan Zen menemuimu ?”. Tanya Shion.

“Sehari setelah Zen mengatakan kalau dia akan berhadapan dengan Leo. Dia menemui ku di belakang sekolah dan mulai mengatakan semuanya,”. Jawab Yukina.

“Kalau dia menemuimu, lalu siapa yang saat itu sedang berhadapan dengan Leo ? Dan, siapa yang saat ini ditahan oleh Leo ?”. Ucap Shion.

Yukina mengerutkan dahinya,“Aku.... Masih belum mengerti semua ucapan Kakak,”. Ucap Yukina dengan jujur.

Shion menghela nafasnya,“Intinya, Kakak merasa kalau Zen yang menemuimu saat itu bukanlah Zen yang sesungguhnya! Itu pasti orang lain yang menyamar menjadi Zen, mengerti ?”.

Bound Up With VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang