Lanjut aja yukk, minna-san...
***
Yukina berjalan melewati lorong-lorong sekolahnya dengan gontai. Ia berjalan sambil menatap lantai dengan tatapan kosong. Ia masih tidak dapat mempercayai kalau Zen akan melakukan semua itu padanya.
Semua pasang mata menatapnya saat Yukina melewati mereka. Ia tidak peduli dengan semua itu, di dalam pikirannya hanya ada rasa kebencian yang sekarang telah menjalar ke seluruh tubuh nya.
Setelah sampai di kelas, ia duduk di bangkunya. Lalu sibuk dengan pikirannya sendiri.
Jessey menghampiri Yukina sambil duduk di bangku sebelahnya,“Yukina ?”. Panggil Jessey.
Tidak ada jawaban.
“Yukina kalau kamu ada masalah, kamu bisa—”.
“Dimana Zen sekarang ?”. Sahut Yukina memotong perkataan Jessey.
“Zen ? Dia belum datang dari pagi tadi,”. Jawab Jessey.
“Aku serius, Jessey!”. Hardik Yukina.
“Kamu kira, aku bohong ? Aku belum melihat Zen sama sekali padahal sejak pertama datang, aku belum meninggalkan kelas,”. Jelas Jessey.
Yukina menatap Jessey dengan sebuah perempatan yang telah muncul di dahinya. Jika, Zen belum datang–lalu kenapa Zen bisa berada di taman belakang bersamanya tadi. Ia berpikir, mungkin saja Zen tidak ke kelas dan langsung menemuinya di taman belakang hanya untuk mengungkapkan semua kebenaran tentangnya dan menghina Yukina.
Yukina mendecih dengan kepalan tangannya yang makin mengerat. Seketika, wajahnya terasa panas dan memerah karena menahan amarah setelah mengingat tentang kata demi kata yang keluar dari mulut Zen.
“Yukina, kamu—”.
Jessey tidak melanjutkan kata-katanya karena Yukina telah lebih dulu mengangkat tangannya menandakan untuk tidak melanjutkan perkataannya.
“Maaf. Bisakah kamu meninggalkan aku sendiri ? Aku sedang tidak ingin di ganggu,”. Ucap Yukina dengan penuh penekanan.
“Baiklah, tapi jika kamu membutuhkan aku dan Hanny–panggil saja,”. Pinta Jessey, lalu meninggalkan Yukina.
Yukina menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya untuk menyembunyikan air mata yang telah tidak dapat ia tahan sedari tadi. Akhirnya, ia beranjak dari tempat duduknya dan langsung berlari ke kamar mandi.
Setelah, sampai di kamar mandi– ia berdiri di depan wastafel dengan kepala yang tertunduk dan menangis sejadi-jadinya.
Ia memukul-mukul dadanya,“Ini terasa sakit, Zen! Kenapa kamu tega melakukan ini padaku ?! Vampire bodoh! Dasar laki-laki tidak berguna!”. Cecar Yukina dengan tangisnya yang tidak dapat ia hentikan.
Yukina menatap dirinya di depan cermin dan menyingkap poni yang menutupi keningnya,“Lalu, apa gunanya lambang ini ?! Lambang ini benar-benar tidak berguna! Kau bilang kalau Mate yang memiliki lambang tata Surya adalah Mate yang beruntung, kata-kata mu itu BASI!!!”. Pinta Yukina dengan penekanan di akhir kata.
“Lalu, apa arti dari kata-kata manis yang kau ucapkan kepadaku ?! Apa arti dari semua perhatian mu kepada ku ?! Apa arti dari semua ciuman yang kamu berikan kepadaku ?! Apa arti dari kata ‘Aku mencintaimu’ yang sering kamu ucapkan kepadaku ?! Lalu.... Apa arti dari rasa sayang yang aku berikan kepadamu ? Ini benar-benar percuma!”. Lanjut nya.
Tiba-tiba seseorang membuka pinta kamar mandi,“Yukina ?! Ada apa denganmu ?”. Tanya gadis itu sambil menyentuh bahu Yukina.
“Menjauh dari ku!”. Cecar Yukina sambil menepis tangan gadis tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bound Up With Vampire
Vampire[SEDANG DI REVISI] Dari judul awal, My Love is a Vampire. Gadis dingin yang seketika kehidupannya berubah setelah bertemu dengan seorang lelaki misterius yang sebenarnya adalah teman barunya di sekolah. Percaya dengan adanya Vampire? Pastinya tidak...