7: Tujuan

6.6K 437 9
                                    

"SUSUL DIA!" sentak Hanny pada Zen yang sedari tadi hanya menunjukan cengiran tanpa dosanya. Gara-gara lelaki menyebalkan itu, Yukina lah yang kena imbasnya. Sungguh, murid baru itu cukup membuat Hanny kesal setengah mati.

"Berisik!" decak Zen sambil mengusap telinganya, pura-pura merasa sakit.

"CEPAT!"

"Bawel," akhirnya Zen beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri guru yang baru saja dari luar kelas untuk mengawasi Yukina. Dia pun membuat alasan untuk izin sebentar ke toilet dan di izinkan oleh guru itu jadi Zen tak perlu menghabiskan tenaganya untuk mengontrol pikiran guru itu.

Setelah Zen menutup pintu kelas, mata lelaki itu jatuh pada seorang gadis yang tengah berdiri di samping kelas sambil menunduk dalam. Sambil menghela nafas, Zen menghampiri Yukina dan bersandar pada tembok di belakangnya.

"Marah, ya?"

Gadis itu tak menjawab dan tetap pada posisinya yang awal.

"Hei, Yukina." Zen mengibas-ngibaskan tangan kananya di depan wajah Yukina, berharap gadis itu menunjukan sedikit pergerakan. Dengan tak ada nya pergerakan sama sekali, justru membuat Zen merasa sedikit takut.

"Hei, kau bisa dengar aku?" Zen merendahkan tubuhnya agar dia dapat mengintip wajah Yukina.

Namun tanpa adanya aba-aba, gadis itu membuat gerakan secara mendadak dengan menempelkan sebuah kertas pada wajah Zen dengan kasar. Rasanya hampir seperti tamparan, panas.

"Manusia tak tahu diri!" sungut Zen sambil melepas tempelan kertas dari wajahnya. Ternyata kertas itu adalah kertas yang sebelumnya ia tempelkan pada punggung Yukina.

"Enyah dari sini." desis Yukina dengan sorot mata marahnya.

"Ayolah, maafkan aku, oke?"

Yukina hanya mendengus kesal sebagai jawaban. Setelah itu Zen hanya mengatupkan bibirnya rapat sambil bersandar di dinding. Matanya tak henti memperhatikan gadis manis di sampingnya. Ah, bukan. Bukan tampang gadis itu yang terlihat manis, tapi darah yang dimiliki Yukina. Sulit sekali jika harus menemukan darah selangka ini di zaman sekarang, dimana para manusia yang memiliki darah semanis Yukina sudah mulai terbunuh satu per satu sebagai pemuas dahaga para Vampire. Kalian harus tahu bahwa saat ini Zen sungguh-sungguh ingin membenamkan kedua taringnya pada leher Yukina dan meminum darah manis yang telah dia dambakan sekian lamanya.

"Yukina, kenapa sebelum kau melihatku membunuh siswi itu, kamu tak percaya dengan Vampire?"

"Karena sebelumnya aku pikir mereka tak ada."

"Lalu... bagaimana jika pasangan hidupmu nanti adalah seorang Vampire?"

Detik itu juga Yukina langsung menolehkan kepalanya untuk menatap Zen dengan tatapan bingung. Entah mengapa dia memiliki perasaan yang tak enak dengan pertanyaan dari Zen.

"Itu tidak mungkin terjadi."

"Itu bisa saja terjadi. Aku akan meminta pada bulan untuk menjadikanmu Mate-ku."

Alis Yukina tertaut,"Mate?"

Zen langsung menegakan tubuhnya kembali, dari gerakannya sangat terbaca kalau lelaki itu ingin menghindari pertanyaan dari Yukina.

"Aku akan kembali ke kelas dan kau jangan melanggar peraturan selama belajar lagi. Mengerti?"

Yukina mendengus,"Diam."

Sebelum benar-benar masuk ke dalam kelas, Zen masih saja sempat-sempatnya menjulurkan lidah pada Yukina, meledeknya. Namun yang di ledek hanya mengalihkan pandangannya dengan perasaan kesal.

Bound Up With VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang