Chapter 44

3.7K 262 11
                                    

Felicia memperatikan sekitar dan mengendus-endus bau Yukina menggunakan indra penciumannya yang tajam. Sedangkan Shion hanya mengekorinya dengan wajah masam karena dia sebenarnya ingin jalan bersebelahan dengan Felicia, tapi gadis itu justru melarangnya dan terus menyuruh Shion untuk mengikutinya hanya dari belakang.

Kereta kudanya mereka tinggal di tempat istirahat sebelumnya dan sekarang mereka hanya bisa mengandalkan indra penciuman Felicia yang tajam untuk dapat menemukan Yukina.

“Hei, Feli...” panggil Shion.

“Hm?” jawab Felicia dengan deheman sambil terus fokus ke jalan yang di depan.

“Kamu yakin tidak mau mengubah permintaan itu?”

“Permintaan apa?”

“Permintaan untuk menghapus lambang yang berada di tanganmu.”

Felicia membisu. Sebenarnya ia masih bertanya-tanya, apakah permintaannya itu adalah jalan yang benar? Tapi, dia terlanjur membenci Shion setelah semua yang laki-laki itu lakukan pada kedua orangtuanya.

Shion telah membunuh orang tua Felicia... dan itu di lihat langsung oleh Felicia dengan mata kepalanya sendiri. Sebelumnya, Shion sudah menjelaskan semua kebenarannya. Tapi, semua perkataan Shion tidaklah​ cukup bagi Felicia untuk membuatnya percaya sepenuhnya kepada lelaki itu yang notabennya sebagai seorang pembunuh bagi Felicia.

Di satu sisi, Felicia mempercayai semua yang di lihatnya saat Shion membunuh orang tuanya dan itu membuat Felicia sangat membenci laki-laki Dhampire itu. Sedangkan di sisi lainnya, Felicia juga sedikit percaya dengan semua penjelasan Shion kalau yang membunuh orang tuanya adalah Raja Leo yang mengubah wujud menjadi 'Shion' karena sejak kecil Felicia sudah tahu semua keburukan tentang pemimpin bangsanya.

“Felicia?” panggil Shion dengan nada rendah yang membuat lamunan Felicia menjadi buyar.

“Eh... yaa?” Felicia mengerjabkan matanya sambil menolehkan kepalanya ke belakang untuk menatap Shion.

“Kamu belum menjawabku. Apakah kamu tidak ingin mengubah permintaanmu untuk menghapus lambang itu?” ulang Shion.

Felicia menatap Shion dengan tatapan kosong seakan tidak dapat berpikir dengan lurus. Dia sedang berperang untuk memilih yang benar antara pikiran dan hati. Pikirannya berkata ‘ya’, tapi hatinya menjerit-jerit untuk mengatakan ‘tidak’. Pikirannya memilih ‘orang tuanya’, tapi hatinya memilih ‘orang yang di cintainya, yaitu Shion’.

“Aku... aku akan menjawabnya setelah menemukan Yukina. Kita harus fokus dahulu untuk menemukan Yukina yang bisa saja dia sedang dalam bahaya. Dan... singkirkan dahulu pikiran tentang hubungan kita yang tidak jelas ini.” ucap Felicia dingin, lalu melanjutkan perjalanannya.

Shion hanya menghela nafasnya dengan berat hati sambil menatap punggung Felicia yang mulai menjauh darinya. Shion mendongak kan kepalanya menatap bulan purnama yang terlihat menyeramkan, tidak seperti biasanya.

“Benar-benar gadis yang... kejam? Tidak. Imut? Sedikit. Tsundere? Hm, itu baru benar. Dan sikapnya itu membuat aku makin menyukainya.” gumam Shion dengan senyuman.

“Hei. Kau bicara dengan siapa? Dan, kenapa kamu tersenyum sendiri seperti seorang Dhampire yang sedang memikirkan utang? Cepat kemari!” ucap Felicia dengan lidah pedasnya.

Shion menghela nafasnya pelan.“Dan seperti biasa... dia adalah gadis yang memiliki lidah yang pedas.” cibir Shion sambil menghampiri Felicia.

Setelah mendekat ke Felicia. Shion juga ikut memperhatikan sesuatu yang sedang Felicia lihat di salah satu pohon. Gadis itu menyentuh batang pohon yang terdapat seperti bekas cakaran kuku serigala.

Bound Up With VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang