Extra Chapter 2

4.2K 233 14
                                    

Zen tersenyum haru dengan matanya yang menatap seorang bayi di dalam gendongan istrinya yang tengah terbaring dengan wajah lelah dan penuh keringat. Yukina baru saja selesai menjalani sebuah operasi persalinan yang berlangsung hampir dua jam dan cukup membuatnya berfikiran yang tidak-tidak. Tapi genggaman tangan Zen di tangannya dan kata-kata semangat dari Zen membuat Yukina makin tenang dan menepis semua pikiran negatif itu.

Ternyata seperti itulah perjuangan Ibunya dulu saat melahirkannya. Sakit? Sangat. Tapi rasa sakit itu seakan hilang setelah mendengar suara tangisan pertama dari bayi perempuan yang berada dalam gendongannya, tertidur.

Zen duduk di bangku sebelang tempat tidur rumah sakit sambil mengusap kepala anak pertamanya dengan penuh kasih sayang.

"Bagaimana?" tanya Yukina.

"Apanya?"

"Lucu dan menggemaskan, bukan?"

Zen mengecup kening Yukina,"Terima kasih."

"Dia sangat mirip denganmu,"

Zen terkekeh,"Benarkah?"

"Ya, matanya berwarna hijau terang sama sepertimu. Rambutnya pun berwarna hitam sepertimu walaupun sekarang masih belum kentara."

"Kau iri?" ledek Zen.

"Siapa juga yang iri?" elaknya.

"Tenang saja. Nanti kita akan punya lagi yang mirip denganmu," ucap Zen dengan entengnya.

Yukina menampilkan wajah datarnya, lalu menggunakan satu tangannya sebagai isyarat agar Zen mendekat. Zen pun dengan ragu mendekat dan berpikir bahwa Yukina ingin membisikkan sesuatu. Tapi di luar dugaannya, Yukina malah menarik telinga Zen yang membuat pria yang baru menginjak sebuah status sebagai 'Ayah' itu memekik tertahan karena tidak ingin membuat putrinya terganggu dan terbangun.

"Sakit!" racau Zen setelah Yukina melepas jewerannya.

"Kau kira melahirkan itu tidak sakit apa? Santai sekali mengatakannya! Kalau kamu mau lagi, hamil sendiri sana!"

"Jahatnya," gerutu Zen.

"Diam!"

Setelah perdebatan kecil itu, datanglah Felicia, Shion dan Ryu. Zen berdiri lalu memeluk Shion untuk menyalurkan rasa bahagianya.

"Selamat Zen."

"Ya, terima kasih."

Felicia berdiri di samping tempat Yukina berbaring dengan Ryu yang menatap bayi itu dengan tatapan aneh. Bahkan Yukina sampai menahan tawanya melihat raut wajah Ryu yang menggemaskan.

"Kak Feli,"

Felicia tersenyum,"Bagaimana perasaanmu?"

"Sangat bahagia."

Felicia mengusap pipi tembam bayi itu dengan punggung jari telunjuknya, lalu tersenyum,"Dia cantik."

"Terima kasih."

"Ibu, kenapa dia mungil sekali?" tanya Ryu pada Felicia.

"Memang seperti ini, Ryu. Nanti dia juga akan makin bertumbuh seperti Ryu."

"Berarti dia bisa jadi temanku,"

"Bukan hanya teman. Tapi saudaramu. Jadi, Ryu harus bisa menjaga dan melindunginya nanti. Ryu kan laki-laki."

Ryu mengangguk,"Iya. Ryu akan melindunginya. Kalau begitu, permintaan Ryu yang waktu itu tidak jadi, Bu."

"Hah?"

"Cukup dia saja. Ryu tidak mau yang lain."

Felicia melirik Shion yang tengah menepuk keningnya. Satu tangan Felicia menyentuh perutnya yang masih rata.

Bound Up With VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang