love triangle unloaded

874 150 6
                                    

.

Pagi itu cerah. Burung berkicau. Langit biru berawan putih. Segala deskripsi yang biasa melatari diksi fiksi 'pagi cerah seorang protagonis' ada di situ.

Termasuk di bagian Jun yang kesiangan dan berlari menggigit roti hingga stasiun, terhimpit gerombolan pegawai kantoran dan anak sekolahan, dan pantatnya hampir jadi korban chikan.

(tapi kebengisan tatapan Jun bisa menembus belakang tengkorak, dan orang mesum itu berpindah mencari korban lain)

.

.

Pagi itu, saat bersiap di rumah, Jun tidak bertemu Nao. Yang bersangkutan sepertinya masih tidur. Tentu saja lebih baik mereka tak bertemu, dan ikrar diri Jun adalah tak mau pusing-pusing memikirkan orang itu.

Tapi bukankah jika ditekankan dalam janji, berarti Jun memang memikirkannya?

Ya, begitulah.

Jun menghabiskan kuliah hari itu dengan kekerasan hati seorang tsundere kronis.

.

Anggap saja itu suratan takdir, atau rencana Tuhan, atau keisengan pengarang, ketika Jun terdampar di departemen musik universitasnya untuk mengantarkan berkas-berkas yang diminta Hayashi.

Sudah tentu Jun mencoba untuk mengelak, tapi Hayashi memang tak bisa ditolak. Bahkan Jun sekalipun. Karena tak ingin menjadi musuh seorang ketua angkatan berpengaruh kolosal, pemuda itu pergi mengantarkan berkas dengan bersungut-sungut.

Anggap saja itu kewajiban.

Antarkan, pergi.

.

Jun melintasi lorong menuju ruang musik, dan terdengar suara piano.

Awalnya Jun tak peduli.

Tapi vokal yang mengikuti, membuat Jun menoleh.

.

Di situ ada muse kedua.


Cohabitation Revolution [bxb flashfic]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang