Mencoba

363 72 1
                                    

.

Paginya, Jun sedang mengoleskan selai marmalade pada seiris roti ketika Nao turun ke lantai bawah. Baru bangun, pemuda berambut biru itu menguap keras, masih memakai kaus belel dan celana training yang biasa.

Jun pura-pura sibuk dengan sarapannya hingga tak memperhatikan Nao.

Setiap hari Jun memang dingin pada Nao, tetapi pagi ini ada yang berbeda.

Sayangnya Nao kurang awas dalam menangkap sinyal, sehingga yang terkait hanya mengambil koran dan mendekam di toilet.
.
.
Jun bolos kuliah dan pergi ke studio musik, memesan satu bilik terkecil selama satu jam, lalu mengurung diri di situ.

Di dalam bilik studio musik yang kotor dan penuh coretan iseng di dinding, Jun duduk di situ dengan gitar sewaan di pangkuannya. Gitar merah berbentuk V yang sangat gaya, namun penuh goresan. Sedari tadi petikannya sumbang.

...

Sebenarnya bukan gitar itu yang bermasalah, tetapi pikirannya yang kalut. Ragu. Tak berani. Khawatir untuk mengambil satu langkah.

Dalam hati Jun berdalih: membuat lagu kan bisa pakai komputer, tidak perlu manual dengan gitar seperti tahun 80-an.
Dalam hati juga Jun menjawab dalihannya sendiri: bodoh, bukan itu yang dikhawatirkan. Bukan masalah membuat lagu di komputer atau hanya bermodal gitar. Tetapi sesuatu yang lebih esensial.

Mana bisa membuat lagu kalau bermain gitar saja masih trauma?

Cohabitation Revolution [bxb flashfic]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang