.
"Hai." Kali ini Rei yang maju ke depan, melindungi kedua temannya. Machi memegangi Arashi yang semakin berserk dengan susah payah. Meski jauh lebih tinggi dari sang drummer, tetap saja Arashi cukup berotot, mungkin hasil menggenjot pedal dan memukul simbal.
"Tokyo memang sempit, sampai kita bisa bertemu seperti ini."
"Tentu." Rei mengerling dan melihat ke belakang Nao, tepat ke arah seorang mantan temannya. "Sungguh sempit."
.
Di belakang, keringat terus-menerus mengalir di punggung Jun. Ingatan menyakitkan semasa SMA terus berkelebat sementara wajah Rei ada di situ, berada sangat dekat dengannya.
Tidak. Tidaktidaktidaktidaktidaktidak.
Ia tidak mau bertemu CORVUZ. Ia tidak mau bertemu Machi, bertemu Arashi, dan terutama sekali bertemu Terauchi Rei. Mantan sahabat yang sudah mencampakkannya ke jurang, yang membunuhnya saat tidur, yang membuatnya membenci musik selama bertahun-tahun.
Tidak. Dia baru saja-- baru saja bangkit lagi, kan? Ia baru saja bisa memetik gitar lagi dan menikmati berkreasi, kenapa harus bertemu lagi-- kenapa harus melihat orang itu kemba--
PLAK.
Sebentuk tangan yang feminin memukul punggungnya keras, hingga Jun terperanjat dari lamunannya sendiri. Di sebelahnya, seorang gadis melotot. Hitomi.
"Tegakkan punggungmu."
Jun refleks menegakkan punggungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cohabitation Revolution [bxb flashfic]
Nouvelles#32 SHOUNEN-AI Hiruma Jun. Sembilan belas tahun, mahasiswa. Getirnya pada kata cinta sudah skala menahun. Matsumoto Nao. Sembilan belas tahun, pengangguran borjuis. Tidak pernah menyesal mempermainkan Jun, setitikpun. ...tapi Nao terusik melihat Ju...