shit shit shit

552 93 2
                                    

.

sialan

sialan sialan sialan

Di benak Jun, ia memegang petir seperti dewa Zeus, lalu  melontarkannya seperti lembing pada kepala orang-orang ini.

.

Sayangnya, Jun cuma manusia. Bukan Dewa Zeus. Ia tidak bisa memberi hukuman langit pada yang pantas mendapatkannya. 

Kawan-kawan Jun kasak-kusuk, memperhatikan, menilai. Jadi ini pujaan hati Jun, si macan galak itu?

 "Jadi, terima atau tidak?" salah seorang mencetus tak sabar. Suasana agak panas, dan sebentar saja jadi riuh dengan seruan, 'Terima terima!'  

"Anu..." suara pemuda itu terdengar kecil hati. Siapa yang tidak kecil hati dalam situasi seperti ini? Meski memalingkan wajah, tapi Jun bisa merasakan tatapan pemuda berambut putih itu. Entah apa yang ada di pikirannya? Mungkin bingung karena disudutkan ramai-ramai oleh segerombolan mahasiswa tak dikenal.  

Mana Hayashi? Kalau ada Hayashi, dia pasti bisa menengahi. Jun melirik kanan kiri dan mencari.  Oh, sayangnya dia tak ada saat ini-- entah kemana. Hayashi bagaikan gunting kuku, menghilang saat diperlukan. Mengesalkan.

Siapa juga boleh. Tuhan, Setan, Superman. Tolong bantu Jun.

.

.

Bantuan tiba.

"Jun~" terdengar sapaan seseorang, begitu manis dan percaya diri, hingga semua orang refleks menoleh.  Termasuk Jun. 

Terutama Jun.

Karena itu suara Nao. 

Atau lebih tepatnya itu suara Nao-chan, muse Himura Jun ketika usianya empat belas tahun.

.


Cohabitation Revolution [bxb flashfic]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang