.
Kondisi: duel game satu lawan satu, dengan taruhan klasik-- yang kalah mengikuti permintaan yang menang.
.
Jun menggeleng.
"Ti-dak-ma-u." tiap suku kata ia tekan. "Satu permintaan? Itu terlalu luas."
"Pecundaaang~ Kau takut kalah, ya?"
"Peduli amat. Pokoknya aku tak mau. Satu permintaan itu bisa apa saja."
Kalau dia masih remaja, mungkin jiwa kompetitif Jun akan tersulut dengan ejekan kekanakan macam itu. Tetapi saat ini Jun sudah dewasa; lebih awas dalam menghadapi tantangan. Satu permintaan? Siapa yang tahu rencana Nao di balik frasa general itu. Bagaimana jika itu suatu akal muslihat yang membawa maslahat?
Nao sepertinya sadar bahwa ia harus spesifik: "Baiklah. Bagaimana jika kalau kau menang, aku tidak akan menumpang di rumahmu lagi?"
"Hah?"
Matsumoto Nao, pergi dari rumahnya-- selama-lamanya? Kehidupan lamanya yang bebas akan kembali lagi? Mau tak mau, Jun mulai tertarik.
Merasa pancingannya berhasil, Nao melanjutkan. "Tetapi jika aku menang, kau harus memberikan aku sesuatu."
"Hah?"
Memberikan apa? Itu masih rancu. Jun mengedikkan bahu.
Nao menatap. "Aku ingin itu-- yang pernah kauberikan padaku."
"Memangnya apa yang pernah kuberikan padamu?"
.
"Buatkan aku satu lagu lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cohabitation Revolution [bxb flashfic]
Historia Corta#32 SHOUNEN-AI Hiruma Jun. Sembilan belas tahun, mahasiswa. Getirnya pada kata cinta sudah skala menahun. Matsumoto Nao. Sembilan belas tahun, pengangguran borjuis. Tidak pernah menyesal mempermainkan Jun, setitikpun. ...tapi Nao terusik melihat Ju...