one day, a memory under sakura tree 2

170 32 0
                                    

.

Sekali, Nao pernah bertanya pada Machi-- di kelas itu, pada suatu senja. Pemuda itu bertanya apakah Machi sudah pernah berciuman. 

"Sudah pernah berciuman?"

Jawabannya, sudah. 

Meskipun tidak sepopuler Rei, namun ada satu-dua pacar di kehidupan Machi. Kalau hanya sekadar berciuman, tentu pernah. 

Nao sepertinya tidak puas dengan jawaban itu. Mungkin karena dia menganggap di antara anggota CORVUZ, Machi adalah yang paling alim. Paling baik, tidak macam-macam. Mungkin jawaban yang ingin Nao dengar adalah, 'belum pernah'.

Oleh karena itu Nao mengganti pertanyaan, "Kalau berciuman dengan laki-laki?"

.

Jawabannya, belum.

.

Tetapi di hari yang lain, tepat di bawah pohon sakura yang menaungi banyak kekasih, jawaban belum itu berganti sudah. Machi mencium Nao sekali-- karena-- karena, Nao akan pergi.

Nao membiarkannya. Mungkin karena dia akan pergi. 

Jika Nao tidak akan pergi, tentu semua ini tidak akan terjadi. 

.

.

.

.

.

Itu pertama kalinya Machi mencium laki-laki, walau bukan yang terakhir. 

Machi menggaruk kepalanya lalu menaruh kembali ponselnya, tidak membaca pesan terakhir Nao. Dalam satu hempasan, ia tersungkur di kasur dengan wajah menimpa bantal.

'Kalau tahu kau akan datang lagi ke sini... aku tidak akan melakukan itu.' sesalnya.  




Cohabitation Revolution [bxb flashfic]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang