"Masakanmu tidak pernah berubah. Enak," puji kak Gevan disela-sela sarapan pagi.
Aku hanya tersenyum sambil menahan semburat merah muncul di kedua ruas wajahku. "Kalau tidak enak, bukan Lika namanya." Kusuapkan sesendok nasi dan ayam ke mulutku.
"Badai sebentar lagi datang."
"Uhuk.." makanan yang hampir kutelan kembali keluar ketika Kak Gevan selesai mengatakan kalimat tersebut. Kuraih gelas berisi air putih dan meneguknya beberapa kali.
Aku tatap wajah Kak Gevan sekilas. "Untuk apa?" tanyaku, ketus.
Kak Gevan tak bergeming. Dia hanya menatapku dengan muka menyelidik dan sesekali mengernyitkan dahinya. "Kalian sedang bertengkar? Sebaiknya sebagai sepasang kekasih, kalian harus rukun."
"Aku tidak pacaran dengan makhluk luar angkasa itu," jawabku lantang.
"Mengapa kamu berusaha menutupi hal ini pada kakak? Jelas-jelas nih."
Kak Gevan menyodorkan handphonenya ke arahku. Benda ukuran 8 inc itu menampilkan pesan singkat dari seseorang.
Aku akan kerumahmu kak. Sampaikan pada Lika, my beauty girl,
Aku melongo membaca pesan singkat itu. Kemudian kutatap Kak Gevan yang tengah tersenyum sambil mengedipkan sebelah matanya. Jelas sekali di dalam pesan singkat itu nama Badai tertera sebagai pengirimnya.
"Masih belum mau mengakuinya?"
Kepalaku menggeleng dengan mantap sambil menyuapkan sendok makan ke mulutku. Pikiranku segera terbang mencari ide untuk membalas perbuatan Badai yang sangat memalukan ini. Lebih baik aku makan sandal jepit daripada harus dipermalukan oleh kakakku sendiri. Aku lebih mencintaimu, Kak Gevan.
"Ini bukti kedua," ujar Kak Gevan meraih handphone kesayanganku dan membuka daftar kontak.
My prince Badai :*
Seketika kuambil handphoneku dari tangan Kak Gevan. Kupastikan sekali lagi bahwa pandanganku benar-benar tidak salah. Sejak kapan nomor teleponnya berada di sini? Aku tidak pernah memintanya. Badai juga tidak pernah memberi nomor teleponnya. Mengapa bisa...
Astaga! Hari itu, dikafe dekat pantai, tepat ketika Kak Gevan menelpon, dan Badai sedang menggenggam alat komunikasi yang saat ini tengah menjadi pusat perhatianku. Dia..
Tling...Tling...Tlong..
"Your prince Badai datang. Temuilah!"
Aku menggeleng cepat dan beranjak dari meja makan. "Lika! Temui dia atau kakak ikut mama papa ke Amerika."
Selalu alasan ini yang Kak Gevan gunakan agar aku menuruti permintaannya. Langkahku yang telah menjauh dari meja makan dan mendekati tangga kekamar segera kuhentikan. Kepalaku segera mengangguk pelan dan berjalan ke arah pintu utama. Kedua sudut bibir Kak Gevan tertarik ke belakang membentuk ulasan senyum. Jika ini bukan karena Kak Gevan, aku tidak akan menemuinya.
Dengan sangat berat hati, kubuka pintu bercat putih mewah ini. Dan tampaklah makhluk luar angkasa itu. Karena perbedaan tinggi badan yang terpaut cukup jauh, aku harus mendongak untuk menatapnya.
Tampan.
Aku tidak bisa mengelak fakta ini. Meskipun mulutku akan melantunkan cemohan menyindir, hatiku mengatakan bahwa Badai benar-benar tampan, cukup hari ini.
Kemeja abu-abu gelap melekat pas ditubuhnya. Kancing teratas dari kemeja itu dibiarkan terbuka dan memperlihatkan kaos hitam polos. Lengan kemejanya dilipat hingga atas siku. Dipergelangan kirinya, bertengger sebuah jam tangan berwarna hitam gelap. Jangan tanyakan bagaimana keadaan rambut Badai, berantakan namun itu menambah pesonanya.
"Aku tampan sekali pakai banget ya?"
Pikiranku yang masih terbang ke mana-mana segera kembali dan menyatu ketika ucapan Badai terdengar di telingaku. "Tampan sekali pakai banget? Mimpimu terlalu tinggi," jawabku asal.
"Kalau aku tidak tampan, mana mungkin kamu melihatku sampai melongo seperti itu," sanggahnya ringan.
Bola mataku segera mencari alasan yang logis untuk menghindar dari penjara kekalahan. Sambil menahan malu, aku tidak menatap wajahnya. "Aku terkejut karena hari ini kamu aneh. Biasanya juga pakai baju compang-camping, mengapa kerumahku saja memakai baju sebagus ini?"
"Sesekali ganti dong. Lagian aku tidak pernah mendengar, datang kerumah pacar pakai baju compang-camping," ucapnya sambil duduk kursi teras rumah. "Tapi aku tetap tampan kan? Jelaslah, aku kan cowok fashionable seantero dunia."
"Fashionable? Dilihat dari mananya?"
"Aku pakai baju compang-camping tampan, pakai baju formal seperti ini lebih tampan. Bukan aku saja yang mengakuinya. Pedagang gorengan di depan rumahku juga mengakuinya."
"Huahaha. Itu hanya mitos, Tuan Badai," sahutku sambil tertawa lepas.
"Lebih baik aku yang memakai baju seperti ini daripada sepertimu."
Deg. Aku segera menatap pakaian yang melekat ditubuh mungilku. Detik kemudian, aku hanya menunduk malu.
Setelan babydoll berwarna ungu melekat di tubuhku. Oh tidak, sandal yang kupakai sangat memalukan. Sandal tidur katak yang kebesaran juga menghias manis punggung kakiku.
"Kamu tidak mengizinkanku masuk ke rumahmu?"
"Tidak. Untuk apa? Numpang sarapan?" sindirku.
Badai hanya tersenyum kecil mendengar ucapanku. "Kemarin lusa kamu bilang kalau kamu suka sama aku. Kenapa sekarang menjadi sosok menyeramkan lagi?"
"Bukankah kamu yang menyuruhku untuk tetap menjadi Lika seperti sebelumnya?" sahutku balik.
"Tidak usah melotot seperti itu. Kalau nanti bola matamu lari dan menciumku, bagaimana?" sarannya lembut.
"Amit-amit. Sore itu aku hanya bercanda. Jangan terlalu percaya diri." Aku semakin menatap cowok ini kesal. Mengapa cowok sepertinya harus hadir di muka bumi?
Tapi jika dia tidak hadir di muka bumi atau lebih tepatnya tidak masuk ke kehidupanku, aku tidak akan mungkin bertahan dalam kegelapan cinta terlarang itu. Setidaknya cowok di hadapanku ini adalah penyelamat. Meski terkadang dia membuatku emosi, di saat itulah aku tertawa dalam hati.
"Aku juga sudah tahu kalau kamu hanya ingin menjebakku. Sayangnya aku memang tidak percaya. Kak Gevan di dalam? Aku masuk ya?"
Aku menatapnya jengkel. "Kamu ingin apa sih kerumahku? Oh, jangan-jangan mau mencuri ya?"selidikku sambil mengacungkan jari telunjukku ke arahnya.
"Iya. Mencuri hatimu."
"Ehem."
Aku menoleh saat deheman seseorang terdengar dari arah pintu.
TBC
* TBC nya tidak membuat penasaran. Udah ketebak kan? Vote dan Comment nya readerssss
KAMU SEDANG MEMBACA
Badai Galatoma || #Wattys2019
Teen FictionAilika Wijaya harus sabar menghadapi sikap astral dan menyebalkan seorang Badai Galatoma. Lebih menyebalkan lagi ketika cowok most wanted itu mengetahui rahasia besar Ailika. Rahasia yang selama ini ia sembunyikan dari siapapun. "Kenapa harus mencin...