Part 42 - Lembaran Baru

1.2K 93 0
                                    


Aku menginjakkan kaki di halaman sekolah yang sudah kutinggalkan satu bulan ini. Rasa rindu itu menjalar melewati manik mataku yang menatap koridor-koridor sekolah. Kuhirup udara pagi ini dan kembali melangkah pelan.

"Lika!" panggil seseorang. Kupandangi sekelilingku untuk mencari orang yang memanggilku. Mataku berhenti tepat pada seorang gadis cantik yang tengah melambaikan tangannya padaku. Dia segera berlari kecil dan memelukku.

Belum sempat aku protes atas perlakuaannya, dia sudah melepas pelukannya. "Aku kangen sama kamu. Kangen sama sahabatku yang paling cantik," ujarnya kembali memelukku.

"Hei! Tidak perlu memelukku seperti ini juga. Kita masih ada di lingkungan sekolah, bisa jadi kita digosipin yang nggak-nggak," ucapku melepas pelukannya.

Tiara segera melepas pelukannya dan merenggut kesal. "Apa salahnya sahabat saling berpelukan sih? Yang tidak beres itu kalau kamu pelukan sama Badai di lingkungan sekolah."

Badai. Kira-kira ke mana pria itu? Sejak aku memasuki halaman sekolah, aku tidak mendengar sama sekali teriakan histeris dari fans Badai.

"Lika, sudah dengar berita terhangat belum?" tanya Tiara sambil membenarkan posisi rambutnya yang berantakan akibat berlari tadi.

"Berita apa?" tanyaku balik.

"Tentang Badai. Dia benar-benar hebat," jawab Tiara antusias.

"Maksudmu?"

"Kamu belum tahu apa-apa? Di televisi maupun sosial media sudah gempar dengan berita Badai. Dan kamu tidak tahu sama sekali?"

Aku menggeleng kecil. "Yang aku tahu dia mengikuti tournamen antar sekolah. Itu saja."

Tiara mendengus kesal mendengar jawabanku. "Kamu selama liburan tidak refreshing sekedar update status atau meng-upload foto terbarumu? Aku saja satu minggu di Thailand masih sempat membuka sosmed sekedar cari berita terbaru."

Aku kembali menggeleng.

"Astaga, Lika! Ini zaman modern yang banyak mengandalkan teknologi untuk menyiarkan berita-berita terhangat. Kamu menyia-nyiakannya begitu saja?"

"Sebenarnya berita apa yang kamu bahas? Kamu hanya perlu memberitahuku tanpa mengomel sepanjang ini," cibirku.

"Badai memborong piala tournamen kemarin. Keren kan?"

Ternyata hanya berita Badai yang tidak menguntungkanku. Kukira berita akan datangnya aktor dari negara Gingseng. Tiara menyia-nyiakan waktuku saja jika begini. Tapi benar kata Tiara. Selama ini belum pernah sekolahku memborong semua piala tournamen yang diadakan enam bulan sekali itu. Paling-paling hanya tiga atau empat piala kemenangan. Salah satunya kejuaraan robot, Kak Gevan tidak pernah absen naik podium pertama.

Tunggu! Badai memborong semua piala tournamen?

Aku baru menyadari jika sekolahku juga mengandalkan ektrakulikuler cheerleader untuk meraih piala tournamen. Mustahil kan jika Badai mengikuti ektrakulikuler itu?

"Tiara, apa Badai memborong semua piala tournamen?"

Tiara mengangguk ria. "Yup."

"Cheerleader?" tanyaku.

"Nggak lah. Tapi Badai ikut andil dalam ekstrakulikuler tersebut. Dia kan asisten tetap Bu Anya selaku guru pembimbing," sahut Tiara.

Tiba-tiba aku ingat dengan ektrakulikuler yang kutangani, PMR. Pasti Badai juga mempersembahkan piala terbaiknya untuk ekstrakulikuler PMR. Harus kuakui jika Badai benar-benar HEBAT. Dia begitu pandai mengatur tenaga untuk merebut satu persatu piala tournamen.

"Panjang umur sekali Badai," kata Tiara sambil memandang sosok Badai yang dikerubungi para fans fanatiknya.

Aku pun ikut menikmati pemandangan tersebut. Badai sangat mudah menarik perhatian gadis di sini. Tanpa melakukan apapun para bidadari cantik itu menghampirinya. Perasaanku bergemuruh mengingat Badai yang disuguhkan makanan spesial beberapa minggu lalu.

Apa aku mulai.. Tidak. Ini hanya perasaan kalut saja bukan perasaan cemburu. Aku tidak mungkin menyukai Badai.


TBC

Badai Galatoma || #Wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang