Part 24

1.5K 98 2
                                    

Update Kilat

**


Istirahat pertama kali ini aku habiskan di kantin sekolah bersama Tiara. Mumpung lagi semangat jalan ke kantin, akhirnya aku paksa Tiara untuk menemaniku. Biasanya aku akan menghabiskan waktu istirahat kesatu atau kedua di perpustakaan sekolah. Lebih nyaman dan suasananya terasa damai. Sedangkan di kantin? Jauh dari kata sepi atau nyaman.

Tapi karena perpustakaan hari ini tutup, aku memilih untuk mencoba makan di kantin. Menurut Tiara sih makanannya tidak kalah jauh dari makanan direstoran mewah. Entahlah, aku belum pernah merasakannya.

"Makan apa, Li?" Tiara memandangku dengan menyodorkan buku menu makanan di kantin.

"Nasi gudeg manis sama es jeruk saja," jawabku sambil menutup buku menu makanan tersebut.

"Oke. Tunggu sebentar ya?"

Aku mengangguk. Benar yang kukira sejak dulu. Kantin ini tidak pernah lepas dari para pengunjung. Entah itu murid ataupun guru, mereka sama-sama menikmati hidangan kantin yang terkenal lezatnya. Banyak teman di luar sekolahku yang berdatangan hanya untuk membeli makanan di kantin ini. Alasan pertamanya adalah makanan di kantin sekolahku jarang ditemukan di tempat lain. Makanan yang unik menurut mereka. Dari bakso goreng saus tiram, gudeg unyuk-unyuk rasa sate dan masih banyak lagi.

"Ini." Tiara menyodorkan pesananku tepat ketika aku akan beranjak dari tempat duduk. Sebenarnya aku akan menjemput Tiara yang memesan makanan terlalu lama.

"Lama sekali."

"Ini masih terbilang cepat, Li. Biasanya hampir lima belas menit gitu buat ngantri. Baru juga lima menit," sahut Tiara mendudukkan tubuhnya dikursi depanku.

Tiara benar. Baru juga lima menit, mengapa aku harus marah? Waktu istirahat juga masih lama. Ini pasti akibat dari mengurung diri di perpustakaan terus.

"Lika, liburan besok mau ke mana?"

Aku mengedikkan bahuku. "Entah. Kamu sendiri?"

"Rencananya mau ikut mama ke Thailand. Kakakku melaksanakan pernikahan di sana," jawab Tiara bersemangat. Bibirnya mengulas senyum lebar untuk beberapa saat dan kembali menikmati makanannya.

"Kak Adit?" Tiara mengiyakan pertanyaanku dengan anggukan kepalanya.

Setelah itu tidak ada lagi percakapan yang terdengar selain teriakan atau tawa dari beberapa temanku yang juga sedang menikmati istirahat. Beberapa lagi masih berdiri mengantri untuk mendapat pesanannya. Selain di kantin sekolah, di lapangan basket juga penuh dengan murid yang bersorak menyemangati idola -kakak kelas- mereka masing-masing.

Di antara beberapa pemain basket tersebut ada dua insan yang tidak asing bagiku. Kak Gevan dan Badai. Kak Gevan memang menjadi salah satu pemain basket di sekolah. Dia hebat di klub tersebut. Beberapa kali pertandingan, Kak Gevan selalu mengakhiri dengan score yang memuaskan. Sedangkan Badai? Dia termasuk pemain handal di tim basket sekolah. Itulah yang menyebabkan dia menjadi kapten tim basket. Kehebatannya memang mengungguli kehebatan Kak Gevan.

Badai memang pandai di segala bidang. Eit, mengapa aku memujinya?

"Kamu mengagumi kehebatan Badai ya? Aku tahu kok kalau kamu sebenarnya suka sama dia. Badai tampan, pandai, baik, ramah dan mudah bergaul. Apa yang kurang darinya?"

"Aku tidak mengaguminya," sanggahku sambil menggaruk tengkukku. Mengapa Tiara mengetahuinya? Bahkan dia memuji segala hal mengenai Badai, apa hanya aku yang belum mengerti baimana keunggulan Badai dibanding Kak Gevan?

Badai Galatoma || #Wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang