Aku segera menatap pintu rumaku ketika suara deheman terdengar. Kak Gevan. Untuk beberapa detik, aku masih terdiam sambil menatap mata Kak Gevan. Mataku bertemu dengan mata Kak Gevan. Ini lebih nyaman dibanding mata elang milik Badai. Meskipun aku mengakui bahwa mata Badai lebih banyak menyimpan berjuta pesona, namun mata Kak Gevan lebih indah.
Di antara kita bertiga, tak satupun yang bersuara. Sampai akhirnya aku dapat melihat sepasang mata menatapku aneh. Mata Badai. Aku tahu dia pasti curiga dengan gelagatku seperti ini. Segera kupalingkan wajahku ke arah halaman rumah. "Kak, ada makhluk luar angkasa mau bertemu dengan kakak."
"Wah, baru kali ini ada makhluk luar angkasa setampan Badai," puji Kak Gevan menatap Badai.
Aku mendengus kasar. "Kalau begitu, pacari saja dia."
Setelahnya tawa renyah dari Kak Gevan ataupun Badai terdengar memenuhi teras rumah. Keduanya saling memandang sesaat dan kembali tertawa sampai Kak Gevan memegangi perutnya. Sampai lebih dari lima menit, akhirnya mereka menghentikan aksi tawanya dan memandangku iba.
Aku akan menjauhkan Kak Gevan dari virus-virus mematikan seperti Badai, batinku.
"Kamu cemburu?" Badai bersuara ringan sambil membetulkan posisi duduknya yang bisa dikatakan tidak sopan jika sedang di rumah seseorang.
"Cemburu karena kamu akan bersama Kak Gevan? Nggak! Lagian mana mau Kak Gevan denganmu. Yang gila saja say no, apalagi yang normal," sindirku dalam.
Dari ekor mataku, kulihat Kak Gevan tengah tersenyum memperhatikan sikapku pada Badai. Dia seperti tengah melihat program televisi. Tangannya dilipat di depan dadanya dan bibirnya tak henti-henti tersenyum bangga.
"Kalau yang gila saja say no, bagaimana denganmu yang terus terang megatakan bahwa kamu menyukaiku? Bukankah itu lebih gila?"
Kak Gevan memasang wajah terkejut dengan mulut mengaga menatapku. "Kamu benar-benar menyukainya?"
"Waktu itu Lika sendiri yang mengatakannya," timpal Badai.
Aku menghela nafas berat dan menghembuskannya kasar. Dengan keadaanku yang bad-mood, aku menutup wajahku dengan kedua telapak tanganku. Mengusap pelan hidungku dan kembali membukanya.
"Apakah itu benar?" taya Kak Gevan memastikan.
Aku menggeleng kuat. Kuyakinkan Kak Gevan dengan sabar dan teliti, namun tetap tidak mengubah pemikirannya.
"Wajarlah kak, dia kan perempuan jadi agak malu-malu kucing gitu deh. Bagaimana rancangan robot Kak Gevan?" tanya Badai antusias.
Dengan segera, Kak Gevan mengubah posisi duduknya menghadap Badai. "Berhasil," jawab Kak Gevan semangat. Dari cara bicaranya terdengar sangat menggebu-gebu ingin menuntaskan seluruh ceritanya dalam buku hariannya.
"Selamat, Kak," ucap Badai mengulurkan tangannya ke arah Kak Gevan dan segera dibalas Kak Gevan dengan uluran tangannya. "Kak Gevan merancang robot yang bagaimana?"
"Robot humanoid. Robot mirip manusia dan robot itu mirip sekali dengan Lika. Cantik dan pandai," jawab Kak Gevan bangga..
Aku tidak salah mendengar kan? Kak Gevan membuat robot sepertiku?
Sebenarnya aku ingin marah karena harus disamakan dengan robot, tapi ketika dua kata pujian itu melantun dengan indah dari mulut Kak Gevan, akhirnya aku menerima. Apalagi ketika kuingat-ingat bahwa robot Kak Gevan menang.
"Kalau begitu, Kak Gevan harus merancang satu robot lagi. Mirip denganku. Harus tampan dan tak kalah pandai dari robot Lika," pinta Badai sedikit memaksa.
"Untuk apa? Tidak ada lomba lagi jika belum tahun depan."
Badai memperlihatkan senyum yang menurutnya senyum maut. "Aku tidak akan membiarkan my beauty girl sendirian lah, Kak," Badai berhenti mengambil jeda sebentar sambil menatapku. "Seperti satu pepatah mengatakan, ada gula ada semut. Ada Lika harus dan harus ada Badai."
"Jangan, Kak! Dia pernah mengejek kakak, katanya membuat robot seperti milik kakak itu mudah dan bisa selesai dalam satu menit. Biarkan dia membuat sendiri," sergahku sinis.
Yang kusindir hanya tersenyum simpul sambil menatapku genit.
"Kamu memberi banyak kode sekali. Kakak mendukung kalian."
Kak Gevan benar-benar kelewatan. Bukan hanya Kak Gevan yang suka menjodohkan aku dengan Badai, melainkan nenek Badai yang super cerewet pun mendukung bahkan telah merestuiku menjadi calon cucu menantunya. Lebih parahnya lagi, nenek Badai melarangnya berhubungan dengan gadis lain. Apa itu tidak gila?
Tetapi ada kebanggaan tersendiri bagiku karena sikap nenek Badai. Itu artinya aku adalah gadis terbaik yang pernah dilihatnya. Semoga saja begitu. Tunggu! Mengapa aku menyukai keinginan nenek Badai?
TBC
Kritik dan saran nya pliss
KAMU SEDANG MEMBACA
Badai Galatoma || #Wattys2019
Fiksi RemajaAilika Wijaya harus sabar menghadapi sikap astral dan menyebalkan seorang Badai Galatoma. Lebih menyebalkan lagi ketika cowok most wanted itu mengetahui rahasia besar Ailika. Rahasia yang selama ini ia sembunyikan dari siapapun. "Kenapa harus mencin...