Part 27 - Flashback

1.3K 89 4
                                    

Tiga tahun yang lalu...

"Badai!" pekikku menyadari Badai membawa hasil kerajinanku. Dia berlari menjauhiku yang sedang mengejarnya. Kuhirup udara cepat-cepat ketika persediaan udara di paru-paruku mulai menipis.

"Kamu ingin ini? Ayo sini, kejar aku!" teriak Badai yang berada tak jauh dariku.

Dadaku terasa sangat sakit. Bukan, tetapi bagian perutku. Rasanya seperti dihantam batu besar.

"Ba..dai!" aku kembali berlari dan tidak sengaja menabrak ketua OSIS yang tengah membawa ember berisi air tanah.

Bug..Byur..

Air tanah itu tumpah tepat di baju putihnya. "Kak, maaf, aku tidak sengaja." Aku akan berlari lagi namun gagal karena lenganku dicengkram oleh kakak kelas itu.

"Kamu mau lari dari tanggung jawab? Kamu murid kelas satu kan?"

Aku mengangguk sambil menunduk takut. Ini baru hari pertama MOS dan aku telah melakukan kesalahan. Bagaimana ini?

"Maaf, Kak. Aku benar-benar tidak sengaja. Ini semua karena dia," jawabku menunjuk Badai yang ikut berhenti karena kejadian menyebalkan ini.

"Kamu yang salah bukan dia. Hei, sini!"

Badai yang merasa dipanggil menghampiri kakak kelas itu dengan berlari kecil. . Hari ini Kak Gevan menjaga murid kelas sebelah. Dan itu artinya aku tidak akan ada yang membela. Ingin sekali aku menangis dan berteriak atau bila perlu menendang Badai agar berhenti mengganggu hidupku.

Badai semakin mendekat dan berhenti di depan kakak kelas itu. "Ada apa, Kak?"

"Kamu dengar ya, dia sama sekali tidak salah. Kamu yang menabrakku dan membuat ember hukuman ini jatuh. Kenapa bisa dia yang kamu salahkan?" tanya kakak kelas itu padaku.

"Dia mengambil kerajinanku, Kak. Aku ingin memintanya dan tidak sengaja menabrak kakak," jawabku menantang.

Di sini aku memang salah. Namun bukan seratus persen kesalahanku. Andaikan Badai tidak mengambil kerajinan itu, aku tidak akan berlari. Dan tidak menabrak kakak ketua OSIS ini.

"Kamu Badai Galatoma kan? Cucu pemilik sekolah ini?"

Badai mengangguk mengiyakan. Kakak kelas itu terperangah untuk beberapa saat. "Kenalkan aku Kak Dimas, ketua OSIS. Senang bertemu dengan cucu pemilik sekolah terbaik di kota ini."

"Aku juga senang bisa berkenalan dengan kakak," jawab Badai ramah.

Lagi-lagi aku harus mengalah karena tingkatan ekonomi. Hampir tiga kali dalam sehari, aku harus menerima kekalahan melawan Badai. Semua orang membela Badai karena dia cucu pemilik sekolah ini. Dan aku? Keluargaku hanya menyumbang dana bangunan untuk sekolah ini. Tidak mungkin aku membanggakan hal itu.

"Hei, kamu, aku hukum mengelilingi sekolah enam kali. Cepat!" kakak kelas itu menatapku tajam.

Di mana Kak Gevan? Seharusnya dia menolongku dari kakak kelas ingusan ini. Dia pasti membelaku dan mengatakan hal lembut yang mampu membuat seseorang mengabaikan hukuman itu. Badai! Semua ini karenanya. Akan aku balas kamu nanti.

"Lika, cepat!" seru Badai menatapku dengan cengiran tidak warasnya.

Aku mengangguk dan mulai berlari sesuai hukuman dari kakak kelas tadi. Baru beberapa meter, paru-paruku mulai terasa sakit kembali. Menyebalkan sekali mereka berdua. Hanya memandangku dengan senyum kemenangan. Terutama Badai.

Kuputuskan untuk berjalan pelan agar paru-paruku mulai mereda. Dari arah aku berjalan, aku melihat Kak Gevan tengah menilai beberapa murid baru. Syukurlah. Aku akan segera mengadu agar hukuman ini selesai di putaran pertama. Sebelum aku memanggil Kak Gevan, dia telah melangkah pergi melewati koridor sekolah dengan berlari kecil. Pupus sudah harapanku untuk meminta bantuan padanya.

Byur.

Seketika mataku membulat melihat seragamku yang basah kuyup. Kutatap pelaku yang masih berada di sampingku.

"Ada apa denganmu? Belum puas melihatku dihukum?"

Badai kembali menyengir kuda sambil menyiram tubuhnya dengan air ember yang ada digenggamannya.

Byur.

"Imbang kan? Kamu basah aku juga basah," jawabnya santai.

Kakak kelas yang menghukumku tadi berlari ke arahku dan Badai. "Kalian mengapa basah-basah seperti ini?"

"Dia yang menyiramku, Kak. Lalu dia menyiram dirinya sendiri. Mungkin takut jika kakak kembali marah padanya," jawab Badai.

"Aku? Bukankah kamu yang..."

"Kamu ada masalah apa dengan Badai? Mengapa suka menuduhnya? Bukankah kakak suruh mengelilingi sekolah enam kali? Mengapa mencari kesalahan lagi?" rentetean pertanyaannya membuatku semakin kesal dengan keturunan Galatoma ini.


TBC

Updatenya banyak kan? Voment nya jangan lupa readers

Badai Galatoma || #Wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang