"Mau makan apa, Li?"
"Seperti biasa saja," jawabku santai.
Saat ini aku tengah berada di kantin sekolah setelah meletakkan tas dan menyiapkan tugas untuk nanti. Tentunya masih bersama Tiara. Dan Badai masih sama seperti beberapa menit yang lalu, dikelilingi banyak bidadari. Dia duduk di bangku sudut kantin.
Entah hanya perasaanku atau memang benar, aku merasakan Badai tengah menatapku. Meski jarakku dengannya begitu jauh, namun aku bisa melihatnya dengan sudut mataku. Karena penasaran segera kutatap Badai. Benar.
Mata elang itu bertemu dengan mataku. Cukup lama kami bertatapan hingga suara Tiara membuyarkan semuanya.
"Makanannya sudah siap, Tuan Putri Galatoma."
"Kamu kira aku keturunan keluarga Galatoma?" sahutku ketus.
"Lagian siapa suruh bertatapan seperti tadi? Tatapan saling cinta," sindir Tiara cukup keras. "Sepertinya sang pangeran datang."
Aku segera memandang tempat Badai berada. Dia memang berjalan santai tanpa menghiraukan teriakan para fansnya. Dan..dia berjalan ke mejaku. Sebisa mungkin aku menormalkan detak jatungku yang mulai tidak karuan.
Lagi-lagi mataku bertemu dengan matanya.
'Lika, apa yang kamu lakukan? Kenapa menatapnya lagi?' batinku berkecamuk.
"Badai, nanti malam bisa menemaniku jalan-jalan?" suara gadis cantik mengalun dengan indah di dekatku. Posisiku yang langsung menghadap ke Badai membuatku tahu siapa gadis cantik itu. Agatha, anggota cheerleader yang paling cantik.
"Aku ada acara," sahut Badai malas.
"Acara apa?"
"Dinner."
"Dengan?"
Badai mengedikkan dagunya ke arahku. "Dia," jawab Badai tenang. Dia kembali melangkah mendekatiku.
Aku tidak salah dengar kan? Seorang Badai ingin mengajakku dinner? Pasti hanya akal-akalannya saja untuk mengelabuhi Agatha. Bagaimanapun juga Badai tetap menjadi musuhku kadang-kadang. Membicarakan Badai memang tidak pernah ada habisnya. Dia selalu saja menjadi topik terhangat di dalam ataupun di luar area sekolah.
Selain dibicarakan banyak orang, dia juga menjadi sorotan majalah sekolah. Bayangkan saja majalah sekolah yang terbit satu bulan sekali pasti dipenuhi profil Badai. Bahkan foto Badai selalu menghiasi cover majalah. Kukira model pria di sekolah ini cukup banyak. Mengapa harus Badai? Ya kuakui memang hanya dia yang mencolok dari beberapa anggota model pria lainnya.
Perfect boy.
Lamunanku terhenti ketika seseorang duduk di sampingku dan menimbulkan meja yang menjadi sandaran tanganku ikut bergerak.
"Kalian ada janji dinner?" tanya Tiara menyelidik. Sepasang matanya bergantian menatap ke arahku dan Badai.
Aku menggeleng cepat sambil memasang muka datar. "Dia saja yang mau dinner denganku," jawabku ringan.
"Aku? Kamu kira aku pelupa? Kamu mengirim pesan padaku untuk menemanimu makan malam," sanggah Badai.
"Apa? Aku menyuruhmu menemaniku?" aku terkekeh sebentar sebelum melanjutkan ucapanku. "Kamu gila. Mana mungkin aku seper.."
Layar handphone Badai menyorot tepat di depan wajahku. Aku yang belum menyelesaikan ucapanku, langsung saja terlonjak kaget. Lupakan hal itu! Karena mataku tidak sengaja menangkap dua kalimat yang tertera di layar handphone Badai. Keterkejutanku semakin menjadi-jadi kala aku tahu maksud kalimat itu.
Badai, bisa menemaniku makan malam? Aku mohon,
"Lelucon apalagi yang kamu buat?" tanyaku sinis. Beberapa kali aku menggeram kesal pada pria di sampingku ini.
"Itu pesan darimu. Lagian apa ruginya dinner bersamaku? Kamu tahu, semua gadis yang ada di sana saling berebut untuk makan malam denganku. Dan kamu menyia-nyiakan begitu saja kesempatan yang dapat kamu jumpai satu kali dalam hidupmu ini. Kapan lagi kamu menyantap makanan dengan seorang malaikat sepertiku?"
Narsis sekali dia.
"Aku tidak pernah mengirim pesan gila seperti itu. Setampan apapun dirimu, kamu tetap menyebalkan."
"Tetapi kamu mengakui bahwa aku sangat tampan kan?"
"Hei, kalian melupakan aku di sini. Kalian pikir ini meja kalian berdua? Aku masih ada di sini dan melihat kalian beradegan romantis seperti itu. Apa kalian ingin aku iri?" sungut Tiara dengan tatapan membunuh.
Aku juga baru menyadari bahwa sahabat terbaikku ini masih ada di sini. Kukira dia tadi kembali kekelas. Melihat wajahnya yang muram, aku segera mencubit pipinya pelan.
"Maaf," ucapku sambil membuat gerakan salam dua jari dan cengiran khasku.
"Huh, kalian memang seperti itu setiap harinya. Aku marah," sahut Tiara sambil memanyunkan bibirnya ke depan.
Wajahnya terlihat lucu jika begitu. Aku tahu dia hanya merengut pura-pura. Sahabatku yang satu ini memang manja dan kekanak-kanakan. Tetapi tetap saja dia yang terbaik untukku. Sifatnya bisa berubah 180 derajat dalam sekejab. Misalnya ketika rahasiaku terbongkar karena Badai. Dia dengan beraninya membentak kakak kelas hanya untuk melindungiku.
Aku kembali memfokuskan pandanganku pada Tiara yang belum merubah ekspresi manjanya. "Lalu apa yang harus aku lakukan agar kamu memaafkanku?"
"Aku ikut makan malam bersama kalian."
"APA?" pekik Badai keras. "Ini acara kita berdua. Tidak boleh ada yang ikut. Jika kamu memaksa ingin ikut, harus membawa pria yang menjadi pasanganmu."
Tiara mendelik kesal pada ucapan Badai. "Kamu menyindirku yang belum memiliki pacar? Oke, aku tidak ikut."
"Memang seharusnya begitu. Dan kamu," Badai memandangku dengan senyum miringnya. "Kutunggu di rumah jam tujuh malam. Jangan sampai terlambat."
Aku membalas senyuman miring itu dengan senyuman sinisku. "Aku tidak akan datang."
Badai terkekeh sejenak. "Kamu akan menyesal karena tidak tahu apa-apa tentang Kak Gevan."
Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Badai melangkah pergi meninggalkanku yang masih dirundung kebingungan. Bukan kebingungan, melainkan kebimbangan. Dia menggunakan kesempatan di dalam kesempitan.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Badai Galatoma || #Wattys2019
Novela JuvenilAilika Wijaya harus sabar menghadapi sikap astral dan menyebalkan seorang Badai Galatoma. Lebih menyebalkan lagi ketika cowok most wanted itu mengetahui rahasia besar Ailika. Rahasia yang selama ini ia sembunyikan dari siapapun. "Kenapa harus mencin...