Part 49 - Alasan Badai 2

1K 82 1
                                    


"Ka..kamu bilang apa?"

Tidak. Bukan kalimat itu yang ingin kukatakan. Mengapa aku gugup seperti ini?

"Aku bilang tentang perasaanku. Aku tahu kamu belum bisa melupakan perasaanmu pada Kak Gevan. Aku menghargai itu semua. Aku hanya ingin mengungkapkan yang sebenarnya saja. Kuharap setelah ini hubungan kita tetap berjalan seperti sebelumnya," jelas Badai tetap menatapku.

"Kamu tidak bohong kan?"

Badai menggeleng sambil mengulas senyum kecil untukku. Dia lebih tampan jika dilihat dari dekat seperti ini. Satu bulan ini aku merindukannya. Aku belum tahu ada apa sebenarnya hatiku. Tapi aku bisa menyimpulkan bahwa aku merindukan Badai yang hampir satu bulan ini hilang dari pandanganku. Apa perasaanku ini memang benar adanya?

Apa aku mencintainya dengan sungguh? Lalu bagaimana perasaanku pada Kak Gevan?

"Untuk apa berbohong?"

"Kalau kamu mencintaiku, kenapa malah membongkar rahasiaku?"

Dia menundukkan kepalanya sejenak lalu menatap mataku tajam. Aku yang diperhatikan sebegitu tajamnya segera mencari objek untuk mengalihkan pandanganku.

"Aku tidak ingin kamu sepertiku. Aku tidak ingin kamu menjadi pengecut sama sepertiku. Pengecut yang memiliki kegengsian cukup tinggi hingga menyatakan perasaan pada seorang gadis saja sangat sulit. Itulah mengapa aku ingin kamu jujur dengan perasanmu. Aku takut kamu merasakan apa yang aku rasakan beberapa tahun ini. Menyesal, takut dan sakit. Tiga rasa itu yang aku dapatkan dari menjadi pengecut."

Dia terdiam setelahnya. Apa pemikirannya sedalam itu? Dia ingin menyelamatkan aku dari sikap pengecut dengan menyakiti perasaannya sendiri. Dan dia melakukan hal itu dengan santai seperti tidak terjadi apa-apa. Bahkan wajahnya tidak mengekspresikan dia patah hati. Apa begitu baik pria di sampingku ini? Atau dia terlalu pintar menyembunyikan sesuatu?

"Mengapa harus menyakiti hatimu sendiri?" akhirnya pertanyaanku yang sejak tadi berputar di kepalaku keluar dengan sendirinya.

"Itulah caraku mencintaimu. Membiarkanmu tersenyum meski terlebih dulu menyakitimu. Aku memiliki cara yang berbeda untuk mengungkapkan perasaanku pada seorang yang kusuka. Sangat sulit menampilkan ekspresiku yang sesungguhnya," ujar Badai dengan nafas berat.

Entah mengapa aku tersenyum menanggapi jawaban Badai. Semuanya memang sulit untuk ditebak. Apapun yang belum pernah kupikirkan akan terjadi, malah terjadi.

Kak Gevan telah pergi dan perasaanku juga sudah terbang dibawa jiwanya. Memang sudah waktunya aku harus melupakan perasaanku pada Kak Gevan. Dan sudah saatnya aku membuka hatiku untuk pria lain seperti yang diucapkan kak Gevan dalam mimpiku tadi. Seseorang itu saat ini ada di depanku dengan mengulas senyum tulus. Dia memang menyukaiku dan aku juga menyukainya.

TBC 

Badai Galatoma || #Wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang