Malam ini aku hanya menggerutu kesal karena kedatangan Kakek dan Nenek. Bukan karena aku tidak ingin melihatnya, melainkan keramaian yang tercipta di rumah ini membuat kepalaku seakan ingin pecah. Kutelusuri setiap sudut rumahku yang dipenuhi beberapa dari keluarga besarku. Kualihkan pandanganku ke ruang makan.
Kini di meja makan telah tersaji banyak hidangan mulai dari makanan tradisonal hingga makanan berkelas seperti di hotel bintang lima. Tentu bukan Bi Ida yang memasak makanan berkelas itu. Kak Gevan meminta chef dari restoran paman untuk kebutuhan malam ini. Melihatnya saja membuat perutku bersorak gembira.
Kulihat Kakek dan Nenek tengah berbincang dengan bude dan pakde di ruang tamu. Kak Gevan juga sibuk bercanda dengan anak paman yang sebaya dengannya. Sedangkan di dekat ruang keluarga, sepupu-sepupuku yang tidak bisa diam tengah bermain apa saja yang ada di sana. Ini yang membuat aku tidak suka ada acara besar. Semua keluarga besarku berkumpul hanya untuk menyambut kepulangan Kakek dan Nenek dari Australia. Saat ini rumahku terlihat seperti sedang melaksanakan acara pernikahan.
"Bi Ida, mengapa makanan yang dihidangkan banyak sekali? Tidak seperti biasanya kalau kakek dan nenek pulang," tanyaku pada Bi Ida yang meletakkan beberapa piring di meja makan.
"Kali ini keluarga Galatoma juga akan ikut makan malam. Yang bibi dengar, tidak semua keluarga Galatoma ikut. Hanya beberapa yang ada di sana. Tidak lupa dengan itu, hm yang sering ke rumah ini. Den...Badai. Ya, dia. Tampan, baik, sopan dan ramah."
Den? Raden Badai kali ya?
Dengan santai aku mendudukkan badanku di salah kursi meja makan. Aku seperti anak terbuang saja berada di sini. Semua hanya berlalu lalang tanpa mengajakku bercanda ataupun berbicara. Bahkan Kak Gevan juga melupakanku.
Karena malas dengan suasana yang terbilang membosankan aku beranjak menuju kamar. Belum sempat kakiku menginjak anak tangga, Kak Gevan menyerukan namaku.
"Ada apa?" tanyaku.
"Mau ke mana?" Kak Gevan balik tanya.
"Ke kamar," jawabku tenang.
Tangan Kak Gevan menggenggam erat pergelangan tanganku menuju ruang tamu. "Sebentar lagi kekasihmu datang. Tidak ingin menyambutnya?"
Pertanyaan Kak Gevan membuatku semakin kesal dengan acara ini. Untuk apa Nenek dan Kakek mengundang mereka? Sudah kutebak, mereka akan numpang makan malam di sini. Tidak anaknya, orangtuanya, bahkan keluarga besarnya sama saja.
Kira-kira Badai ikut nggak ya? Eh!!
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Badai Galatoma || #Wattys2019
Ficção AdolescenteAilika Wijaya harus sabar menghadapi sikap astral dan menyebalkan seorang Badai Galatoma. Lebih menyebalkan lagi ketika cowok most wanted itu mengetahui rahasia besar Ailika. Rahasia yang selama ini ia sembunyikan dari siapapun. "Kenapa harus mencin...