vijfendertig - last chapter

2.7K 357 76
                                    

Manthab udah last chapter wayuluh....

Happy reading!


***


"Buka pintunya, Sky!" teriak Matt sambil mengetuk pintu kamar Skylyn.

Sudah satu minggu Skylyn mengurung diri di kamarnya. Satu minggu ia tak pergi ke sekolah. Ia belum siap menerima kepergian Calum. Ia belum siap. Karena cintanya yang dalam. Bukan karena, apapun.

Luke, Michael, Ashton dan Lily sering sesekali berkunjung ke rumah Skylyn agar dapat membujuk Skylyn keluar. Nyatanya, itu tak mempengaruhi apapun.

"Aku pergi kuliah dulu," pamit Matt.

Tangis Skylyn pecah saat mobil Matt sudah menyala yang lama kelamaan suaranya mulai menghilang. Skylyn menangis sejadi – jadinya. Ia merindukan Calum. Sangat.

Saat Calum mengatakan kata untuk terakhir kalinya, Saat Calum mulai terlihat lebih terang dan menghilang.

Skylyn benar – benar mencintai Calum. Bahkan mengalahkan rasa cintanya kepada Luke.

Sudah seminggu pula Skylyn menyakiti dirinya sendiri dengan menyayat kedua lengannya dan pahanya. Ia tampak lebih pucat dan sebelumnya.

Skylyn lupa karena masih ada kakaknya serta teman – temannya. Bahkan Luke sendiri.

Ia pun mengambil silet yang masih tersisa darah kering berada di atas meja lalu menyayatkannya dibagian bahanya. Ia sedikit meringis namun setelah selesai ia merasa lega.


***


Setelah pulang sekolah, hari ini Luke, Lily, Ashton dan Michael kembali ke rumah Skylyn. saat mereka masuk, Matt duduk di ruang tamu sambil memijit kepalanya.

"Apa yang terjadi. Matt?" tanya Lily yang dengan cepat menghampiri Matt.

"Ia belum keluar," balas Matt dengan lesu. Ia tak tahu lagi bagaimana cara membujuk adik kesayangannya itu.

"Luke," panggil Matt, "Aku mohon, kau bujuk ia untuk keluar." lanjutnya.

Luke hanya menatap Matt datar. Ia juga tak membantu membujuk Skylyn untuk keluar karena Skylyn dan Calum benar – benar saling mencintai. Itulah yang Luke rasakan. Luke takut Skylyn menjadi membencinya. Karena, ia pernah bertengkar. Dan, mendapatkan maaf dari Skylyn saja sulit.

"Aku mohon, Luke." mohon Matt. Luke hanya menggigit bibir bawahnya.

Menghela napas berat, akhirnya Luke mengangguk. Dan melangkahkan kakinya menuju kamar Skylyn. bukannya masuk, Ia hanya berdiri di depan pintu kamar. Tanpa mengetuknya.

Luke ragu. Benar – benar ragu. Karena ia masih mencintai Skylyn yang bahkan melebihi rasa cintanya kepada Calum itu.

Ia hanya takut jika persahabatan mereka terpisah hanya masalah cinta. Luke tidak mau. Luke bisa mendengar suara isakan Skylyn dari dalam kamarnya. Luke benar – benar seperti sakit hati saat mendengar suara Skylyn menangis.

Dengan keyakinan yang kuat, akhirnya Luke mengetuk pintu kamar Skylyn yang membuat suara isakannya terhenti.

"Sky," panggil Luke, "Aku mohon, buka pintunya." panggil Luke lagi.

Skylyn yang mendengar suara Luke langsung berhenti menangis dan terdiam. Suara Luke bagaikan malaikat yang turun dari surga. Sangat indah.

Tiba – tiba, ada secarik kertas yang berterbangan memasuki kamar Skylyn yang kebetulan jendela kamarnya sedang terbuka.

Seen ✧ Hood [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang