tien

4.4K 579 104
                                    

"Sky, maukah kau memaafkanku?" ucapan Luke membuat Skylyn terkaget.

Ia merasa bingung, antara senang atau sedih dengan ucapan Luke tersebut.

Kemudian menatap Luke bingung sambil terkekeh, "Minta maaf untuk apa, Luke?"

"Karena, aku sudah tak percaya denganmu, dan aku sudah mencampakkanmu. Aku benar – benar minta maaf, Sky. Aku tak bermaksud seperti itu." jelas Luke.

Dalam hati. Skylyn merasa senang karena ia dan Luke sudah tidak bertengkar lagi. Dan akan kembali seperti dulu. Namun, ia tidak segampang itu memaafkan orang. Luke adalah sahabatnya. Jika Luke adalah orang lain, ia pasti sudah menceburkan Luke ke laut.

"Aku sudah terbiasa dengan sikapmu itu, Luke. Sebelum kau meminta maaf, aku sudah memaafkanmu terlebih dahulu. Kita sudah bersahabat sejak lama Luke. Aku sudah tahu kau dan kau sudah tahu aku. Jadi, buat aku hanya marah?" jelas Skylyn sambil menghelas nafasnya.

"Jujur saja, waktu itu aku hanya kesal dan juga kecewa. Karena, kau tak percaya denganku dengan semua ucapanku. Kau tahu aku kan? Aku tak bisa berbohong. Jika kau sahabatku, kau pasti tahu aku." Lanjut Skylyn lagi.

Luke pun langsung tersentuh dengan ucapan Skylyn dan langsung menundukkan kepalanya. Ia benar – benar merasa bersalah dengan Skylyn.

"Tak usah termenung seperti itu, Luke. Aku sudah memaafkanmu." ucap Skylyn sambil memegangi bahu Luke dan membuat lengkungan terukir di wajah Skylyn.

Luke pun langsung memeluk Skylyn dengan erat. Sedangkan, Skylyn hanya tegang ditempatnya karena ia kaget dengan Luke yang langsung memeluknya.

"Maafkan aku, Skylyn." bisik Luke. Skylyn hanya tersenyum kecil dan membalas pelukan Luke.

Tanpa mereka ketahui, ada yang memperhatikan mereka dengan tatapan sedih dan juga kesal.

***

Sedari tadi Skylyn hanya merebahkan dirinya dikasur sambil menunggu waktu untuk pergi kerumah tua itu.

Skylyn sudah menyiapkan semuanya. Dari buku gambar, buku scrapbook, cat air, spidol, pensil warna, kuas dan alat – alat untuk menggambar lainnya.

Ia menggerutu kesal karena sedari tadi waktu berjalan begitu lambat. Andai saja ia bisa mengubah waktu dan bisa menghidupkan orang. Ia ingin Calum bisa hidup kembali dan bisa bertemu dengannya dan menjadi sahabat.

Dan, akhirnya waktu sudah menunjukkan sepuluh malam. Ia langsung bangkit dari tidurnya dan mengambil jaket, tas dan senter.

Ia meningintip dari pintu kamarnya dan melihat Matt dan Emily sedang bercumbu diruang tengah yang membuat Skylyn memutar bola matanya sebal. Karena keadaan tidak aman. Ia pun keluar dari jendela kamarnya dan turun dari pohon yang ada didepan jendela kamarnya.

Skylyn pun berlari menjauh dari rumah dan menuju tempat Calum. Selama perjalanan ia hanya mengosokkan kedua telapak tangannya karena udara yang dingin sedang melanda Sydney.

Setelah sampai, keadaan rumah itu masih sama saja. pintu yang reot, cat yang sudah terkelupas, kaca yang sudah pecah dan berdebu. Ia pun memberanikan diri memasuki rumah itu dan meneriaki nama Calum.

"Calum!" teriak Skylyn namun tidak ada jawaban.

"Cal? Kau dimana?!" teriak Skylyn lagi.

Tanpa ragu, Skylyn mulai mencari keadaan Calum dan ia menemukan Calum sedang duduk ditepi kasur sambil menatap bulan sabit dan bintang yang sangat cerah menghiasi langit malam.

"Calum?" panggil Skylyn yang berjalan menghampiri Calum.

Yang dipanggil pun menoleh, dan betapa terkejutnya karena Calum terlihat sangat mengerikan. Matanya coklat gelap yang sangat tajam. pembuluh nadinya yang keunguan membuat bulu kuduk Skylyn berdiri.

Seen ✧ Hood [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang