vijfentwintig

2.9K 382 43
                                    

Sudah seminggu mereka latihan, dan sudah seminggu juga Skylyn tidak mengunjungi rumah tua tersebut. Ia sering melewatinya, namun tak pernah masuk kembali.

Dan sekarang, mereka sedang bersiap didepan rumah Matt dan Skylyn.

"Apa kalian semua sudah siap?" tanya Matt memastikan kepada yang lain.

"Aku sudah siap. Sampai hafal semua rapalan itu." jawab Michael dengan semangat.

"Baiklah, itu hanya sebagian kecil rapalan untuk kalian. Dan, rapalan untuk Calum hanya aku yang membacanya." ucap Matt. Luke, Skylyn, Ashton, Lily dan Michael hanya mengangguk.

"Bagaimana dengan barang waktu itu yang aku minta, Lil?" tanya Matt kepada Lily.

"Semua sudah siap. Ada di tasku dan juga tas Ashton." Jawab Lily dan Matt mengangguk.

Akhirnya, mereka semua pun masuk ke dalam mobil Matt dan menuju rumah tua tersebut

***

Rumah itu sudah menunggu. Semua yang berdiri di depan rumah itu ketakutan setengah mati akan apa yang ada di dalam, rumah itu seolah mengawasi, mungkin sambil terkekeh, menyeringai melihat usaha keanak – anakan sekumpulan bocah untuk menghentikannya., terbahak hingga pondasinya terguncang saat Matt menggoyang – goyangkan kaki ayam ke arahnya.

Lily, Ashton dan Michael mengatur batu dari Danau Superior di sekeliling mereka dalam lingkaran berdiameter sekitar 2 meter. Skylyn dan Luke mengendus kantong herbanya.

"Aromanya seperti akar manis." Komentar Skylyn, lalu mengendus kantong herba milik Luke dan Matt untuk memastikan baunya sama.

"Kau ini aneh sekali," balas Luke sambil terkekeh saat melihat sikap Skylyn.

"Aku memang pintar bukan?" kata Lily menyombongkan diri dari belakang Matt, Luke dan Skylyn. "Tidak ada mantra, tapi tidak ada ruginya menambahan sedikit jimat keberuntungan." lanjut Lily.

"Dasar cenayang." celutuk Michael dan Lily hanya memutar kedua bola matanya.

Kemudian, Matt memberikan sebatang lilin kepada Skylyn, Luke, Michael, Ashton dan juga Lily. "Siap?" tanya Matt.

Skylyn mendongak menatap bulan. Terang, dingin dan di matanya masih purnama. Entah kapan bulan purnama berakhir. Semoga saja belum bulan purnama selesai, Skylyn bisa mengabulkan permintaan Calum yang terakhir.

Lingkaran batunya hanya berjarak sekitar enam meter dari rumah. Mereka menempati posisi masing – masing. Lily yang bertugas memegang mangkuk pengintai dengan satu tangannya sembari memegang lilin di tangan yang satu lagi.

"Serahkan saja kaki ayamnya kepada Ashton dan Michael," saran Matt yang melihat Luke memegang sebungkus kaki ayam. Ashton dan Michael mengambil kaki ayam tersebut.

"Kau merasakannya?" tanya Lily.

"Merasakan apa?" sahut Skylyn kepada Lily.

"Energinya bergerak." balas Lily.

Michael mengedarkan pandangannya dengan skeptis. "Yang kurasakan hanya dingin," tukasnya.

"Baiklah, aku akan menyalakan apinya." ucap Matt sambil menyalakan lilin dari pemantik api yang Lily bawa dan dinyalakan dari balik arah jarum jam.

Enam api kecil menyala, menerangi wajah serta dada mereka, menampakkan ekspresi yang sebagian takjub, sebagian takut, dan sebagian lagi merasa bodoh. Hanya Lily dan Matt yang tak gelisah. Mata mereka berdua terpejam, dan ketika berbicara, suaranya sekitar seoktaf lebih rendah dari biasanya.

Seen ✧ Hood [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang