"Apa maksudnya?" gumam Taehyung pelan saat mengingat kembali isi sebuah pesan asing yang baru saja masuk diponselnya pagi ini.
'KAU MEMBUAT KESALAHAN BESAR KIM TAEHYUNG.'
Itulah isi pesan yang diterimanya. Sebuah pesan yang terdengar seperti sebuah ancaman baginya.
Kesalahan besar? Kesalahan apa yang sudah diperbuatnya? Taehyung tidak mengingat jika dirinya pernah melakukan sebuah kesalahan yang cukup besar hingga membuat seseorang menaruh dendam.
"Jangan melamun pagi-pagi!"
Teguran seseorang itu membuat Taehyung tersadar dari segala pemikirannya. Taehyung menatap pemuda sipit yang baru saja menghampirinya itu. Wajahnya masih menunjukan kebingungan yang dirasakannya.
Yang ditatap turut memasang ekspresi yang sama. Dia heran dengan Taehyung yang terlihat sedikit aneh, menurutnya.
"Ada apa?"
"Jimin-ah,"
-
-
Disebuah ruangan, Joongki tengah mempelajari sebuah berkas ditangannya. Mata pria yang berprofesi dokter itu bergerak cepat membaca setiap kata yang ada dan otaknya mulai bekerja untuk memahami apa isi yang tertera didalamnya.
Tok-tok-tok
Terdengar suara ketukan pintu yang membuatnya berhenti sejenak dari kegiatannya. Joongki memasukan kembali berkas ditangannya kedalam sebuah amplop berwarna cokelat sebelum kembali meletakan amplop itu kedalam laci meja.
"Selamat malam, hyung."
Sapaan hangat yang langsung terdengar bersamaan dengan derit pintu yang terbuka. Joongki menengadahkan wajahnya, melihat si pemilik asal suara. Pria itu lantas ikut tersenyum saat melihat pemuda didepannya itu menampilkan senyuman khas miliknya.
"V-ya, kau datang?"
"Hm," Taehyung, pemuda yang biasa dipanggil V itu hanya berdeham pelan sebelum mengambil alih kursi dihadapan Joongki dan mendudukan tubuhnya disana.
"Ada apa? Apa obat yang kuberikan sudah habis?"
"Jangan terlalu memperjelasnya, seolah-olah aku memang sangat ketergantungan pada pil-pil pahit itu, hyung!" balas Taehyung dengan nada yang begitu ringan seolah semua hal itu memang tidak menjadi masalah baginya.
Perlahan senyuman diwajah Joongki luntur, dia menatap sendu Taehyung yang terlihat asik memainkan jarinya diatas meja. Pemuda itu lebih memilih untuk menunduk daripada memperlihatkan ekspresi wajahnya saat berbicara.
"Kalau begitu maafkan aku."
"Ania. Sebenarnya aku hanya ingin menanyakan sesuatu." Taehyung mengangkat wajahnya, menatap Joongki dan mengukir senyum tipis dibibirnya.
Joongki menaikan sebelah alisnya, "Sesuatu?"
"Apa yang akan terjadi jika aku tidak mendapatkan donor itu? Maksudku... seberapa lama lagi aku bisa bertahan?"
-
-
"Eomma?" Yoongi menatap tidak percaya pada sosok dihadapannya tepat setelah dirinya membuka pintu.
Pemuda itu masih sibuk berkutat dengan tugas-tugasnya saat mendengar suara bel didepan rumahnya berbunyi. Dia terpaksa meninggalkan semua tugas itu dan memilih untuk melihat siapa yang telah mengganggunya dengan bertamu malam-malam seperti ini.
Seorang wanita yang berdiri anggun dihadapannya masih terlihat cantik walau usianya tidak lagi muda. Wanita yang dia panggil 'ibu' itu tersenyum.
"Bagaimana kabarmu, Yoongi-ya?"
Yoongi sedikit menggeser tubuhnya yang semula berada diambang pintu, masih dengan sedikit keterkejutannya. Memberikan ruang untuk Haneul, wanita itu bisa memasuki rumah yang mereka tempati. "Baik." jawabnya.
"Dimana adikmu?"
"Taehyung? Dia dikamarnya."
"Ini sudah malam. Dia pasti sudah tidur. Besok saja eomma menemuinya." Haneul melangkah santai menuju kamarnya yang memang terletak dilantai satu tidak jauh dari ruang tengah.
"Ah, hampir lupa," Haneul berbalik menatap Yoongi, putranya itu masih setia berdiri diambang pintu. "Oleh-oleh untuk kalian ada didalam bagasi mobil. Selamat malam, sayang." Haneul tersenyum singkat sebelum melanjutkan langkahnya.
Yoongi terlihat tidak tertarik dengan ucapan ibunya itu. Pemuda itu lebih memilih untuk menutup pintu dan menguncinya sebelum akhirnya kembali kekamarnya.
-
-
Beberapa kali Yoongi terus mengetuk pintu bercat warna cream itu, untuk ketiga kalinya dipagi ini. Ini membuatnya kesal karena, sang pemilik tidak juga membuka pintu atau sekedar menjawab panggilannya.
"Tae, ireona!" panggilnya lagi tapi, tetap tidak ada jawaban.
"Apa yang dia lakukan sebenarnya? Dan juga, kenapa dia harus selalu mengunci pintu kamarnya? Menyusahkan saja. Jika bukan karena eomma, aku malas melakukannya."
Tok-tok-tok
Sekali lagi, Yoongi berusaha mengetuk pintu itu. Berharap jika pendengaran sang adik tidak sedang bermasalah untuk mendengarnya dan segera keluar dari alam mimpinya.
"Tae, ireona! Buka pintunya!"
Tetap tidak ada jawaban.
Yoongi membuang napas kesal. Pemuda itu tidak pernah tau jika membangunkan seorang Kim Taehyung sangat membutuhkan kesabaran karena dia tidak pernah melakukan ini sebelumnya.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
BACK
FanfictionAku takut tidak bisa kembali jika aku pergi.-Taehyung (COMPLETE)