3

12.7K 1.2K 13
                                    

"Tae, ireona! Buka pintunya!"

"Tae, apa kau mendengarku?"

Tetap tidak ada jawaban.

"Taehyung-ah, cepatlah bangun! Ini sudah siang, bukankah kau harus kesekolah? Aku dan eomma menunggumu dibawah."

Selesai dengan kalimat itu, Yoongi membalikan tubuhnya, bersiap untuk mengayunkan kakinya meninggalkan pintu berwarna cream itu. Dia menyerah membangunkan Taehyung. Sebelum sebuah suara,

"Hyung,"

Menghentikannya. Membuatnya menoleh dan melihat Taehyung yang sudah berdiri diambang pintu. Adiknya itu terlihat berantakan persis seperti orang yang baru bangun tidur.

"Kau sudah bangun?" Yoongi sedikit terkejut. Dia merasa yakin jika dia tidak mendengar suara pintu terbuka sedikit pun.

"Apa eomma sudah pulang?" Taehyung balik bertanya.

"Eoh, cepatlah mandi dan kita sarapan bersama!"

Taehyung hanya mengangguk.

Setelah merasa Yoongi telah menjauh, barulah Taehyung memperlihatkan wajah kesakitannya. Pemuda itu menjambak rambutnya kuat, tubuhnya nyaris limbung jika saja tidak ada tembok yang menjadi sandarannya.

Taehyung terus menggigit bibir bawahnya, menahan erangan yang mungkin saja keluar saat dia merasa rasa sakit itu semakin menjadi.

-

"Mana Taehyung?" tanya Haneul saat melihat Yoongi kembali kemeja makan seorang diri.

"Dia baru bangun." Yoongi mengambil alih kursi dihadapan Haneul.

"Kalau begitu kita tunggu sampai Taehyung turun. Kau tidak ada kelas pagi bukan?"

Yoongi hanya mengangguk. Pemuda itu lebih memilih untuk menatap layar ponselnya daripada menatap wajah ibunya.

"Apa kau suka oleh-olehnya? Karena semalam kau tidak mengambilnya, eomma sengaja meletakannya dikamarmu."

"Hm, terima kasih."

Haneul tersenyum, "Eomma tidak tau ukuran sepatumu, apa itu pas?"

"Taehyung sudah turun." Yoongi mengalihkan pembicaraan.

Haneul lantas menoleh kearah tangga. Wanita itu tertegun sejenak saat kedua matanya menangkap sosok yang dimaksud putranya itu. Seorang pemuda dengan rambut orange-nya yang tengah berjalan menuruni anak tangga, seragam sekolah yang dibalut sebuah jaket berbahan denim warna biru tua turut dikenakannya. Sebenarnya sudah berapa lama dia meninggalkan kedua putranya? Sampai dia tidak menyadari jika kini Taehyung, anak bungsunya telah tumbuh menjadi sosok pemuda yang begitu tampan dan sangat mencolok dengan rambut orange-nya.

"Tae, kau sudah turun. Duduklah kita sarapan bersama!" ajak Haneul dengan senyuman manisnya.

Taehyung menuruti ajakan itu. Pemuda itu mengambil tempat disamping Yoongi, membuat siapapun tidak sadar akan wajah pucatnya.

Taehyung berusaha bersikap sebiasa mungkin saat sensasi nyeri itu masih bersarang dikepalanya tapi, sepertinya itu tidak berhasil saat Haneul mulai menatapnya penuh curiga.

"Kau kenapa Tae?"

"Aku tidak apa-apa."

"Sungguh?"

Yoongi yang juga berada diantara mereka mulai melirik diam-diam kearah Taehyung, adiknya itu terlihat pucat. Dia baru menyadarinya.

"Em, miane eomma tapi, aku sudah terlambat. Bisakah aku pergi sekarang?" tanya Taehyung sedikit memohon.

"Kita bahkan belum memulai sarapannya."

Taehyung menunduk. "Mian." sesalnya.

"Biarkan saja, eomma! Bukankah dia bilang sudah terlambat?" Yoongi menyela.

"Tapi..."

"Aku akan sarapan di Sekolah saja." potong Taehyung.

"Ya sudah. Kau diantar supir Jang, bukan?"

"Aku naik motor."

"Kalau begitu hati-hati dijalan! Jangan mengebut!"

Taehyung bangkit dengan perlahan dari tempatnya. Pemuda itu tersenyum singkat pada Haneul, "Aku pergi." pamitnya.

Dan, dia langsung melangkahkan kakinya menjauh dari meja makan. Meninggalkan Yoongi yang masih terpaku memandang punggungnya yang semakin menjauh dan akhirnya menghilang. Pemuda itu meremas erat sendok ditangannya. Entah kenapa perasaannya tiba-tiba tidak tenang.

TBC

BACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang