Dokter Lee menghampiri mereka, wajahnya sendu dan memperlihatkan sebuah penyesalan yang sangat mendalam. "Jeosanghamnida. Saya tidak bisa menyelamatkannya. Saya turut menyesal."
"TIDAK!"
Yoongi menoleh kearah Haneul yang tiba-tiba berteriak histeris. Ibunya itu menggeleng keras tepat setelah brankar pasien dengan tubuh seseorang yang berbaring kaku diatasnya lewat tepat disampingnya.
"TIDAK!" teriak Haneul lebih histeris sebelum tubuhnya melemas dan akhirnya jatuh tidak sadarkan diri.
"EOMMA!" pekik Yoongi terkejut. Lalu, tatapan pemuda itu turut tertuju pada brankar pasien yang didorong beberapa perawat yang baru saja turut melewatinya. Dia bisa melihatnya. Walau sekilas. Wajah pucat yang tidak lagi ditutupi kain putih itu tercetak begitu nyata.
Tubuh Yoongi merosot kelantai. Napas pemuda itu memburu dengan cepat. Genangan bening pun turut memenuhi pelupuk matanya.
Semuanya tiba-tiba terasa berputar. Yoongi merasakan kepalanya pening. Tatapan sendu Dokter Lee, tatapan iba Joongki, tatapan penuh penyelasan Seungchul, tubuh tergeletak Haneul dilantai, dan terakhir brankar yang membawa tubuh kaku itu yang semakin menjauh, semua itu terlihat berbayang dipenglihatannya. Samar-samar dan tidak jelas sebelum semua gelap saat dia memutuskan untuk menutup matanya.
Dunia terasa begitu sempit, pasokan udara seperti menipis, membuatnya kesulitan untuk bernapas.
Deg.
Yoongi seperti merasakan tubuhnya terperosok jatuh kedalam lubang yang dalam lalu sesuatu seperti magnet tak kasat mata menariknya kembali keatas. Bersamaan dengan rasa sesak yang tak kunjung mereda.
.
"Hosh... hosh..." Yoongi membuka mata. Deru napas pemuda itu terdengar berat. Keringat dingin meluncur bebas dari pelipisnya. Tangan kanannya yang bebas dia gunakan untuk menyentuh dada kirinya, dimana sumber rasa sesak itu berasal.
Sesak sekali...
Yoongi masih berusaha mengatur napasnya. Entah apa yang terjadi, apa itu mimpi? Mimpi buruk yang sialnya terasa begitu nyata.
Baekhyun? Taehyung?
Pemuda itu bergerak turun dari sofa yang sedari tadi menjadi tempat tidurnya. Tapi, pergerakannya terhenti karena sebuah jarum infus yang menancap dilengan kirinya. Dengan cepat, dia mencabut paksa jarum itu, membuat darah segar tercecer keluar dari luka yang disebabkannya.
Dengan tergesa dia menghampiri ranjang adiknya. Pemuda itu bisa bernapas sedikit lega karena masih mendapati Taehyung yang tertidur nyaman diranjangnya. Tapi... seketika dadanya mencelos saat menyadari hanya ada satu ranjang pasien diruangan itu. Dia tidak bisa menemukan Baekhyun. Bahkan ranjang pemuda itu sudah tidak ada lagi ditempatnya semula.
Perasaan-perasaan buruk mulai menghantui pikirannya. Mimpi tadi seperti racun yang menyebarkan seluruh kecemasan dihati seorang Min Yoongi.
"Gi-ya, kau sudah sadar?" Haneul muncul dari balik pintu. Wanita itu tersenyum dengan sekantung plastik digenggaman tangan kanannya, menatap Yoongi yang terlihat sedikit tersentak kaget saat melihat kehadirannya.
"Eo-eomma... Baekhyun? Apa yang terjadi sebenarnya?" Yoongi menatap Haneul dengan sorot kecemasan yang sangat kentara dikedua matanya.
Haneul tersenyum manis lantas menghampiri Yoongi. Sedikit banyak dia tau apa yang menjadi alasan kecemasan putra sulungnya itu.
"Baekhyun baik-baik saja. Tadi kondisinya memang sempat memburuk tapi sudah ditangani. Dia dikamar sebelah sekarang karena tadi, Taehyung juga sempat kembali drop. Eomma dan Seungchul ajhussi terpaksa memindahkan Baekhyun."
KAMU SEDANG MEMBACA
BACK
FanfictionAku takut tidak bisa kembali jika aku pergi.-Taehyung (COMPLETE)