20

7.5K 805 74
                                    

Taehyung menyentuh permukaan piano itu lembut, seperti takut jika saja karena perbuatannya akan membuat goresan diatas piano mulus itu.

Sudah sangat lama. Taehyung sangat merindukannya. Alunan melodi menenangkan yang memasuki gendang telinganya, sudah sangat lama dia tidak mendengarnya lagi.

"Tae! Apa yang kau lakukan?" Yoongi menghampiri Taehyung dengan wajah datarnya.

"Hyung, bisakah kau memainkannya lagi?"

Yoongi membuang pandangannya sesaat setelah melirik sekilas piano yang sedari tadi menjadi pusat perhatian Taehyung itu. "Ayo pergi!" ajaknya.

"Sekali saja, kumohon!" pinta Taehyung.

"Aku tidak bisa, Tae. Kau jelas tau itu."

"Kau bisa, hyung. Itu yang aku tau."

"Jangan memulainya!"

"Memulai apa? Sekali saja, hyung. Aku tidak pernah meminta apapun padamu selama dua tahun terakhir ini, bukan? Jadi... sekali saja, kali ini, kumohon mainkan piano ini untukku!" Taehyung benar-benar memohon kali ini, membuat Yoongi sulit untuk mengeluarkan kalimatnya guna menolak permohonan itu.

Yoongi membuang napas kasar, lantas pemuda itu bergerak menghampiri Taehyung, menarik paksa lengan adiknya itu untuk menjauh dari alat musik yang pernah menjadi kesayangannya itu.

"Hyung..." Taehyung tetap memasang wajah memohonnya tapi, tetap diacuhkan Yoongi.

"Ada apa ini?" Baekhyun muncul dari arah pintu yang sebelumnya memang belum sempat ditutup Yoongi saat pemuda itu menghampiri Taehyung. "Tae, kau kenapa?" tanyanya lagi. Perhatian pemuda itu jatuh pada wajah sendu Taehyung.

"Sudahlah, ayo keluar dari sini!" ajak Yoongi. Tangannya bergerak kembali menarik lengan Taehyung tapi, adiknya itu bergeming.

"Wah... ada piano disini?" Baekhyun tiba-tiba berseru girang saat maniknya menatap alat musik itu. Lalu, pandangannya beralih menyisir ruangan. Dia baru sadar tempat mereka berada sekarang banyak dipenuhi alat musik. Dia berdecak kagum. Tanpa ada peringatan, tubuhnya bergerak menghampiri piano itu, jari-jarinya bergerak diatas permukaan tuts-tuts itu secara asal tanpa diminta, membuat Yoongi memejamkan matanya rapat saat mendengar melodi tak beraturan yang dimainkan Baekhyun.

Baekhyun menoleh kearah Yoongi dan Taehyung dengan senyum lebarnya, "Hyung, mainkan untukku. Kau pasti bisa memainkannya, bukan? Sejak kecil kau sudah bermain dengan benda ini." Baekhyun tersenyum tanpa dosa setelah mengucapkan serangkaian kalimat itu.

Mendengar itu, Taehyung ikut menoleh kearah Yoongi, kakaknya itu hanya diam. "Tidak apa hyung jika tidak bisa, tidak usah," Taehyung berusaha tersenyum walau nyatanya dia kecewa. Yoongi masih diam, Taehyung tau kakaknya itu pasti tertekan.

Baekhyun tak tau apa-apa jadi, wajar jika Baekhyun meminta hal itu pada Yoongi. Tapi, Taehyung jelas tau apa yang terjadi pada Yoongi tapi, dia tetap memintanya. Dia egois, Taehyung tau itu. Karena itu dia tidak akan memaksa lebih untuk keinginannya itu.

Baekhyun hanya memandang heran interaksi kedua orang itu. Lalu kemudian, dia menghela napas. Dia sadar sesuatu. Dia tak tau apa-apa tentang Taehyung maupun Yoongi. Selama ini, terlalu banyak hal yang dia lewatkan tentang mereka. Sungguh, dia iri pada Taehyung karena pemuda itu bisa hidup bersama ibunya juga Yoongi, sedangkan dia, ibunya justru melepaskannya dan membiarkan dia hidup bersama orang lain selama bertahun-tahun.

"Tapi bukankah kau memang bisa memainkannya, hyung?" Baekhyun kembali membuka suaranya.

Yoongi menghela napas panjang. Sedari tadi dia diam. Dia tengah berpikir. Sebenarnya tak tega juga jika harus menolak keinginan kedua adiknya tapi, dia terlalu takut. Selama dua tahun ini, Yoongi memang belum pernah mencoba memainkan piano kembali semenjak kecelakaan itu, dia tidak yakin apa dia bisa memainkannya kembali atau tidak.

BACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang